PKMK Bab 1

 “Lize, berapa lama lagi kau akan selesai?!”


Mendengar ucapan itu, aku merangkak keluar dari perapian dan berhenti melakukan apa yang kulakukan.

“I-itu…”

“Kenapa kau lambat sekali?!”

Mendengar teguran tidak mengenakan (pahit) itu, aku mengerutkan bahuku karena ketakutan.

"Kau tidak akan berguna di istana jika kau tidak bisa membersihkan tempat perapian dengan baik."

"Aku akan menyelesaikan secepatnya!"

Aku menahan perasaan pahit dalam mulutku dan mengikis tumpukan debu di tempat perapian. Untungnya, sekarang masih musim semi dan bukan musim dingin dimana cuacanya paling dingin dan tempat perapiannya paling sering digunakan, jadi, kotorannya tidak begitu banyak. 

Jika saat itu adalah musim dingin, mungkin aku harus merangkak naik ke cerobong asap untuk membersihkan semua debu kapur hitam.

'...tapi, jika aku mencoba untuk berpikir secara positif…'

'Bukankah jumlah tumpukan debu yang berada di tempat perapian setelah musim semi itu sendiri terlalu banyak untuk seorang anak seperti aku?!'

Setelah sekian lama bergelut dengan debu-debunya, akhirnya aku batuk. 

"Uhuk, uhuk!"

Dan begitu dia mendengarkan suara batukku, teriakan marah datang dari luar, diikuti oleh teguran keras.

"Apa yang sedang kau lakukan?!" Bagaimana bisa kau tetap bekerja sepelan (selambat) ini?! Dengan inilah caranya kau membayar biaya makananmu."

… Sungguh kejam. 

'Becky sendiri adalah seorang pelayan dalam pelatihan, jadi kenapa dia selalu memerintah diriku?'

Aku berhasil menahan batukku dan melanjutkan pekerjaanku. 

Disaat yang sama, aku merasa sangat tidak adil, hidungku tetap terasa dingin.

'Sejujurnya, aku tidak harus membersihkan tempat perapian sendiri!' pikirku. 

Di dalam istana, petugas pembersih profesional disewa untuk membersihkan tempat perapian dan cerobong asap, sehingga pelayan biasa tidak perlu repot-repot dengan semua abu dan jelaga. Selain kotorannya, tempat perapian sangat curam dan berbahaya untuk orang biasa.

Ini berarti, Becky hanya sedang kesal dan melampiaskan semua kemarahannya padaku. Pasti itu juga alasannya mengapa dia memerintahkanku untuk membersihkan ini semua sendirian. 

Hanya di masa lalu saja anak-anak diminta untuk membersihkan cerobong asap, tapi...

Era apa ini? Untuk membuat seorang anak kecil membersihkan tempat perapian sendiri. 

"...Ugh"

Aku merasa sangat sedih sampai-sampai aku merasakan sesuatu akan muncul dari dalam tenggorokanku. 

'Tidak, jika aku menangis disini, Becky akan membuat masalah lagi untukku.'

Aku mengedipkan mataku dengan cepat, hampir tidak membiarkan tetesan air mata mengalir dari mataku. Seharusnya dia berlaku lebih baik ke orang-orang disekitarnya, tapi dia memilih untuk tidak melakukannya. 

Bahkan saat inipun, pelayan-pelayan dalam pelatihan tidak menyukaiku. 

Hal ini karena aku masih muda dan orang-orang mem-bully diriku, walaupun hal ini tidak dibenarkan secara moral. 

Pada dasarnya, istana kekaisaran ini adalah dunia untuk bertahan hidup. Tentunya, etiket pekerjaan di dalam sebuah istana tergantung dari sifat pemiliknya. 

Namun , istana dimana aku berada merupakan tempat dimana aku tidak bisa bersantai. 

Ditambah lagi, setiap pelayan muda dalam pelatihan akan memiliki pekerjaan lebih sedikit daripada pelayan lebih tua. 

Karena kekuatan fisik orang dewasa berbeda dengan anak kecil, maka lebih sedikit tanggung jawab akan diberikan kepada yang lebih muda.

Peraturan tersebut langsung mengundang kecemburuan dari para pelayan tetap. Setiap kali aku berusaha melakukan pekerjaan umumnya, entah bagaimana hal itu membuat para pelayan cemburu. 

Aku berada di posisi yang ‘sukar’.

‘...Jadi, aku harus berusaha lebih keras lagi.’

Aku sudah memantapkan hatiku, dan memulai lagi membersihkan tempat perapian. Setelah beberapa waktu berlalu, aku berhasil menyelesaikan tugas membersihkan dan merangkak keluar dengan cemberut. 

Becky menatapku dengan tangan disilangkan. “Kau, itulah sebabnya kau tidak akan pernah bisa menjadi seorang pelayan tetap.”

“...”

“Kenapa kau diam saja? Apakah kau tidak mendengarkan aku berbicara?”

Becky memarahiku. Aku segera menundukkan kepalaku, nyaris tidak menghindari tatapan tajam Becky.

“Ti-tidak… Bukan seperti itu…”

“Jika tidak, lalu apa?”

“Aku akan bekerja lebih kewas…” Aku akan bekerja lebih keras...

Mendengar jawabanku, Becky mendorong sudut bibirnya dengan seringai. Jelas-jelas itu adalah sebuah ejekan.

“Ya Tuhan, Lize. Kau masih tidak bisa berbicara dengan benar?”

“...”

‘Tidak peduli setinggi apa seorang anak kecil, aku berumur lima tahun dan masih memiliki lidah yang pendek.’

‘Apakah kamu pernah berpikir bahwa aku juga ingin memiliki lidah sependek ini?

‘Aku juga stress, tau!’

Aku memiliki hasrat yang kuat untuk membantah...tapi aku berusaha keras untuk menahannya.

Melihat wajahku dari atas ke bawah, tertutup dengan debu dan jelaga, Becky berbicara dengan nada jijik.

“Aku bahkan tidak ingin mengatakan apa-apa tentang itu.”

“...”

“Mempertahankan seorang anak sebagai seorang pelayan dalam pelatihan itu sendiri adalah sebuah kerugian bagi istana kekaisaran.”

Becky, melanjutkan perkataannya, tertawa terbahak-bahak dengan ejekan.

“Pergi dan mandi sana.”

Becky menatapku, sebuah raut wajah ketidaksukaan masih terpancar di matanya, dan menambahkan.

“Kau sangat kotor, bahkan aku merasa kotor saat berbicara denganmu.”

Lalu dia berbalik ke arah lain. 

‘...Permisi?’

‘Aku sangat kotor, Becky. Itu semua karena kamu menyuruhku untuk membersihkan tempat perapian!’

Bukannya berteriak seperti itu, aku hanya menatap punggung angkuh Becky dengan penuh kebencian. Baiklah, aku masih bisa menahan Becky yang menjadi sedikit lebih kejam kepadaku hari ini. 

Karena hari ini...

‘Aku akan menemui Kak Rose hari ini!’

Kak Rose...

Begitu aku memikirkan namanya, hatiku dipenuhi oleh kebahagiaan. Saat aku melihat Becky sudah tidak ada, aku langsung bergegas ke kamar mandi.

Meskipun ternodai oleh debu dan jelaga, wajahku yang terpantul di cermin memiliki sebuah senyum ceria yang tidak dapat disembunyikan.

‘Aku tidak bisa menunjukan penampilanku yang kotor kepada kak Rose.’

Setelah mencuci wajahku dengan bersih, aku menepis debu-debu yang tersisah.

‘Aku ingin melihat Kak Rose dengan segera.’

***





Aku dan Kak Rose telah berjanji untuk bertemu di sudut istana terpisah yang tidak mudah terlihat di dalam istana kekaisaran. Itu adalah tempat rahasia yang hanya aku dan dia tahu!

Faktanya karena suasana istana, banyak orang berkerumun dimana-mana, tetapi, fakta bahwa tersisah sebuah tempat sepi itu sendiri adalah sebuah keberuntungan.

‘Oh, itu dia.’

Terlihat punggung Rose di sudut taman. Diantara hembusan lembut angin musim semi, rambut merah panjang milik Rose tertiup (tersebar, honestly idk which word to describe this) dengan lembut. Aku berjalan dengan hati-hati, berusaha untuk tidak mengeluarkan suara.

Sepertinya dia tidak sadar bahwa aku sudah sampai, jadi aku ingin memberikan kejutan kepada kakakku. 

“Lize?”

“Ah!”

Secara tidak sengaja aku menjerit.

Begitu aku melangkah keluar, Rose kembali menatapku dan melakukan kontak mata. 

“Oh, bagaimana kamu tahu?”

“Lize kan mau menemuiku, bagaimana mungkin aku tidak mengenalinya?

Dia berkata demikian dengan sebuah senyuman.

Mata hijaunya, bersinar sesegar hutan musim panas, berkilau seperti permata.

“Lucu sekali melihat Lize berusaha menyelinap.”

Dengan suara lembut itu, hatiku meleleh.

Berlari dengan cepat, aku memeluk kakakku.

“Astaga Lize, kamu akan jatuh!”

Rose yang ketakutan memperingatkanku.

Disaat yang sama, dengan lembut tangan kakakku mengelus punggungku, membiarkan tubuhku yang tidak stabil bersandar padanya.

Tindakan yang manis itu hampir saja membuatku meneteskan air mata.

Ah, aku sangat bahagia.

Terapi dari Rose adalah yang terbaik!

Setelah beberapa saat, kakakku dengan berhati-hati menurunkanku ke lantai.

“Lize, berhati-hatilah.”

“Huh?”

“Bagaimana kalau kamu jatuh dan mematahkan lututmu?”

“Ya, tapi kak Rose kan disini. Jika aku jatuh, bukankah kamu akan memberikanku sebuah pelukan?”

Pipi Rose memerah mendengar ucapan itu. Oh, ekspresi itu! Sepertinya dia akan memelukku sampai mati

“Lize! Bagaimana bisa kamu seimut ini!!!” ternyata tebakanku benar. 

Kakakku memelukku dengan erat, lalu dengan enggan melepaskanku seelah aku, yang kehabisan nafas, menepuk punggung bahunya dengan cemas.

Kakakku menatapku dengan mata penuh kelembutan.

“Benar, aku bisa memberikan Lize pelukan jika Lize terjatuh…”

“Uhm lalu…”

“...tapi jika Lize kesakitan, hatiku juga akan kesakitan.”

Kakakku memberitahuku dengan mata yang sembab.

“Berhati-hatilah mulai sekarang.”

Aku mengangguk dengan patuh.

Baru kemudian lah wajah kakakku menjadi cerah.

Kakakku mengambil tanganku.

“Kemarilah, Lize.”

Kami pun duduk bersama di bawah pohon.

Kakakku meletakkan sebuah sapu tangan di rerumputan dan mendudukkanku di atasnya, sebelum duduk disampingku dan melihat ke arahku..

“Sudah lama sekali sejak kita terakhir bertemu, bukan?”

Kakakku tersenyum saat dia bertanya.

Dengan anggukan, aku menggeliat dan mendekatkan tubuhku kepadanya.

“Ya ampun, kenapa Lize-ku sangat kekanak-kanakan hari ini?”

Rose memberikan komentar bercanda, sembari memeluk pundakku dengan erat.

‘Tapi kak, aku juga membutuhkan waktu untuk memulihkan tenagaku.”

‘Sudah hampir tiga hari sejak aku bertemu denganmu lagi, jadi kapan lagi aku bisa menikmati kehadiranmu?’

“Aku sangat ingin melihatmu.”

“Benerkah? Seberapa besar kamu merindukanku?”

“Uhm, sebesar langit?”

Saat aku mendengus, kakakku tertawa.


<<      >>

 


Comments

Popular Posts