JPSPU Bab 3

 Madenna tidak memilih Farren hanya karena kemampuan sihirnya.


Di kehidupan sebelumnya, dia pernah bertemu dengan Farren.

Di hari perayaan ulang tahun Suzanne.

Farren pernah mengunjungi Madenna ketika Suzanne sedang belajar di luar negeri.

Saat itu, dia mengira Suzanne adalah orang yang jujur ​​sehingga dia enggan untuk bertemu dengan Farren, sang penjahat dalam novel.

Saat itu dia berencana untuk mengusirnya dari tempatnya, tetapi pada akhirnya, dia memutuskan untuk menerimanya dan menjamunya dengan teh sebelum mengirimnya kembali.

Tidak peduli seberapa jahatnya Farren, perannya sebagai antagonis dalam novel membuat Madenna penasaran. Dia ingin melihat seberapa jahatnya dia sebagai antagonis dalam kehidupan nyata.

Tak disangka olehnya bahwa dia akan tercengang saat melihat Farren secara langsung.

Berkat kecantikan Suzanne, Countess tidak dapat dipengaruhi oleh kebanyakan orang yang memiliki penampilan menarik karena tidak ada yang sebanding dengan kecantikan Suzanne.

Tapi Farren berbeda, dia memiliki rupa yang dapat memikat seseorang tanpa mereka sadari.

Rambut hitam pekat dan matanya yang merah darah memberikan pesona yang jahat.

‘Untuk apa sang penulis membuat seorang penjahat setampan ini ?'

Namun, begitu Farren duduk berhadapan dengan Madenna, dia melontarkan kata-kata yang tidak menyenangkan padanya.

"Countess Rodenherg, Anda sebaiknya berhati-hati terhadap Suzanne."

Dia memperingati Madenna bahwa Suzanne mencoba menjatuhkannya. Dia merencanakan banyak rencana jahat tanpa sepengetahuannya. 

Ketika Madenna mendengar itu, dia menjadi sangat marah pada Farren dan segera mengusirnya dari situ.

Pada saat itu, dia memiliki keyakinan kuat akan pengetahuannya mengenai Suzanne sehingga dia tidak akan pernah meragukan sifat Suzanne. Penggambaran Suzanne sebagai tokoh utama, juga membantu Madenna berpikir bahwa dia adalah seseorang yang baik.

Itu adalah pertemuan terakhir Madenna dengan Farren, sejak saat itu Madenna dan Farren tidak pernah berpapasan lagi.

Dalam novel, Farren muncul setelah Madenna dieksekusi, jadi wajar saja, Madenna memiliki interaksi yang sangat minim dengannya.

Namun, setelah dia sadar bahwa Suzanne telah mengkhianatinya, orang pertama yang terlintas di benak Madenna adalah sang pemeran antagonis, Farren.

Farren adalah satu-satunya orang yang mengetahui sifat asli Suzanne dan dialah yang memperingati Madenna untuk berhati-hati.

Ketika dia kembali ke masa lalu, Madenna merasa tidak keberatan untuk mensponsori dia.

Dia juga sudah memperhitungkan, jika dia memutuskan untuk menginvestasikan uangnya untuknya dan memoles kemampuannya, yang memiliki kemampuan sihir yang sama dengan Suzanne, dia akan memberikan keuntungan yang luar biasa besar.

“Ini dia, Countess.”

Madenna, yang sedang merenungkan rencananya, mengangkat kepalanya saat mendengar suara Suzanne. Dia melihat ke arah yang ditunjuk Suzanne.

Di depan matanya ada sebuah pintu kecil di sudut lantai dua. Di atas pintu, terdapat sebuah lubang kecil, kira-kira seukuran wajah manusia.

Lubang itu ditutupi oleh kaca, meskipun di siang hari, ruangan itu gelap, jadi dia tidak bisa melihat apapun di sana. Dia mencoba membuka pintu, sayangnya pintu itu terkunci.

"Saya perlu kunci untuk masuk. Kamu memilikinya?" tanya Madenna.

"Tidak, aku tidak memilikinya," jawab Suzanne dengan senyum polos.

"Lalu mengapa kau datang dan membawaku ke sini?"

"Tapi anda bisa melihat ke dalam melalui lubang di pintu. Ada seorang anak kecil di dalam, dialah yang disebut Farren. Dia anak yang kejam dan jahat, lebih baik bagi anda untuk melihatnya dari sini daripada bertemu langsung dengannya."

“....”

Saat di lantai bawah, dia diberitahu bahwa Farren sedang dihukum di 'ruang refleksi', tetapi di matanya ruangan ini lebih menyerupai ruang penjara daripada ruang refleksi bagi seorang anak.

Madenna, tentu saja, tidak berniat mengikuti Suzanne dengan bodoh, dia tau bahwa sang pemilik kunci akan datang dengan sendirinya.

Tepat seperti yang diprediksinya, terdengar suara memanggilnya dari belakang mereka.

"Co-countess!" panggil Langthan yang datang terlambat.

“Suzanne! Anda tidak seharusnya bersikap tidak sopan kepada Countess. "

"Aku bukannya tidak sopan, tapi tadi Countess memintaku untuk mengajaknya berkeliling. "

Padahal, Suzanne yang menawarkan bantuannya, tetapi ketika dia mengubah kata-katanya, dia membuatnya seperti Madennalah yang meminta bantuannya.

Langthan melembutkan sikapnya dan berkata, 

“Nah, jika itu masalahnya maka...” dia menghadap Madenna.

"Countess, seperti yang kau lihat, dia benar-benar anak yang bebal sehingga kita harus menghukumnya di ruang refleksi."

"Tolong bukakan pintu nya..."

"...baik." 

Lanthan menjawab dengan penuh ragu, dia mengeluarkan kunci-kunci bagi panti asuhan ini dari pinggangnya dan membuka pintu ruang refleksi.

Begitu dia membuka pintu, bau jamur yang menyengat tercium menusuk hidung Madenna.

"Farren! Countess ada di sini. Farren, bangunlah dan beri salam kepada Countess!"

Ruangan tersebut tidak memiliki jendela. Mungkin, tempat ini dulunya adalah gudang yang diubah menjadi ruang refleksi oleh direktur.

“Gelap,” kata Madenna.

Mendengar komentar Countess, direktur mengubah suaranya dengan cepat dan berkata, "Saya akan segera menyalakan lampunya!"

Lanthan dengan cepat menyalakan lampu di ruangan itu. Sebuah siluet terlihat di sudut ruang yang redup. Siluet yang duduk itu, perlahan bangkit.

Begitu Madenna melihat wajah anak laki-laki itu, yang terlihat di bawah cahaya redup, dia hampir saja menangis.

Wajah tampan pemuda itu yang tersisa dalam ingatannya sulit untuk ditemukan.

Memar di wajahnya begitu parah dan matanya yang bengkak tidak membantu penampilannya.

"... kenapa dia terlihat seperti ini?"

Lanthan dengan cepat menjawab

"Yah, seperti yang kubilang, dia benar-benar bajingan sombong dan tidak ada pernah bertobat. Karena itu-”

"Karena itu kau menyiksanya?" Madenna bertanya dengan suara rendah.

"Apa maksud anda peyiksaan? Kami hanya memberikan hukuman fisik yang layak untuk kesalahannya"

Bahkan jika dia melakukan kesalahan, tidaklah pantas bagi seorang anak untuk diperlakukan seperti itu.

Madenna mendekati Farren tanpa sepatah kata pun. Farren, berdiri dengan goyah, terkejut saat melihat dia mendekat.

"Bisakah Anda menunjukkan tubuh Anda sebentar?"

Ketika Madenna bertanya dengan ramah, bocah itu ragu-ragu sebelum akhirnya menjawab.

“Ini kotor,” katanya sambil mengalihkan pandangannya.

Tidak apa-apa, jawabnya dengan lembut.

Setelah mendengar jawabannya, Farren perlahan mengangkat tangannya, membiarkan dia memeriksa tubuhnya.

Madenna membuka kancing bajunya yang kotor dan memeriksa tubuh Farren.

Seperti yang dia duga, tanda pelecehan tidak hanya di wajahnya. Sebaliknya, luka di tubuh yang sulit dilihat di luar ternyata lebih parah dari yang dia kira.

"... sepertinya tidak cocok untuk dihukum secara fisik."

"Countess, dia telah melakukan kesalahan."

Ini tidak benar.

Saat itu, Suzanne yang sedang memegang tangan direktur akhirnya angkat bicara.

"Fa-Farren menggangguku!"

Farren mengerutkan kening begitu dia mendengarnya.

"Benar, Countess. Dia perlu dihukum karena dia mengganggu Suzanne ..."

Direktur Lanthan segera mendukung klaim Suzanne, sayangnya kata-katanya tidak didengar. Madenna mengabaikannya dan bertanya pada Farren.

“Apakah yang dikatakan gadis itu benar?”

"... jika aku mengatakan tidak, maukah kamu percaya padaku?"

“Tentu saja, aku benci pembohong.”

"Farren pembohong! Jangan percaya dia, Countess!" Suzanne memotong dari belakang.

Madenna mengabaikannya dan berkata dengan dingin kepada direktur, "Direktur, apakah Anda tidak mendidik anak Anda untuk tidak mengganggu percakapan orang lain?"

"A-aku minta maaf! Suzanne, keluar sekarang! "

Saat mendengar perkataan direktur, Suzanne langsung menangis.

"... Tapi Farren mencuri barang-barangku!"

"'Ya aku tahu. Aku tahu, tapi sekarang kamu di depan Countess, jadi kamu harus sopan. "

Aku bisa dengan mudah membayangkan seperti apa dia menangis. Mata birunya yang indah akan mengungkapkan begitu banyak kesedihan sehingga membuat semua orang merasa bersalah.

Tapi Madenna sudah muak dengan wajah menangis Suzanne, dia tidak menoleh ke belakang dan malah bertanya pada Farren sekali lagi.

“Maukah kamu mengatakan yang sebenarnya?”

Farren mengangkat kepalanya saat dia berbisik.

"Aku tidak mencuri apapun."

Matanya yang bengkak bertemu dengan mata Madenna. Pemandangan itu menyedihkan, tapi matanya bersinar dengan tekad yang kuat. 

“Pe-pembohong!”

"Jangan tertipu, Countess. Farren berbohong untuk menarik perhatianmu."

“....”

Madenna berpikir sejenak.

Meskipun sekarang saya tahu sifat asli Suzanne, bukan berarti saya harus mempercayai Farren dengan mudah.

"Ceritakan tentang insiden itu."

"Baiklah ..." Direktur Lanthan mulai menjelaskan kejadian itu secara rinci.

"Petugas kesejahteraan dari pemerintah pusat berkunjung bulan lalu. Biasanya dia datang setahun sekali atau dua kali. Salah satu petugas memberi Suzanne bros perak."

Bahkan tanpa menanyakan kelanjutan ceritanya, Madenna sudah tahu bagaimana para petugas berhasil memberikan bros berharga kepada seorang gadis kecil. Suzanne adalah seorang anak yang sangat ahli dalam seni memanipulasi orang.

Rupanya, salah satu pengasuh jatuh cinta pada kelucuannya dan memberinya perhiasan kecil sebagai hadiah.

"Suzanne menyukai bros itu dan membanggakannya. Tapi setelah sekitar seminggu, bros itu menghilang."

Suzanne mengelus dadanya dengan ekspresi cemberut. Sebuah bros perak yang dihiasi permata ungu terlihat dari celah tangannya.

Bros itu pasti hadiahnya.

"Lalu?"

"Saya mencarinya di mana-mana. Saya pikir saya telah menjatuhkannya di suatu tempat, jadi saya mencarinya kemana-mana ..."

Madenna menatap Suzanne, memerintahkannya untuk melanjutkan cerita dengan tatapannya.

"Aku memeriksa laci pribadiku siapa tahu aku salah meletakkannya. Tapi, entah kenapa aku tidak sengaja membuka laci Farren dan menemukan bros di dalamnya."

"Aku sangat terkejut. Aku menyangka Farren yang mencuri bros itu. Dia biasanya hanya menggangguku, tapi tidak mencuri barang-barangku."

Air mata mengalir lebih banyak dari mata birunya yang berkilauan seperti sedang mengingat pengalaman yang 'mengerikan' ..

‘Sudah kuduga, dia aktris yang sangat bagus.’

Madenna menahan pikiran itu di ujung lidahnya.

“... itulah yang dia klaim. Saya tidak mencurinya. Jika saya yang mencuri barangnya, saya tidak akan meninggalkannya di sembarang tempat, di mana itu bisa dengan mudah ditemukan, "Farren membela diri.

"Aku rasa itu juga masuk akal, tapi itu argumen sepihak Anda. Apakah kamu punya bukti? Seseorang yang dapat bersaksi bahwa kamu tidak bersalah."

Farren menunduk dan tersipu mendengar pertanyaan Madenna. Jelas tidak ada orang yang membuktikan dirinya.

Saat melihat tampilan Farren yang kalah, tiba-tiba direktur ikut bersuara. 

"Lihat dia! Kamu bahkan tidak punya bukti. Aku yakin kamu mencuri bros Suzanne tanpa memikirkannya. Kamu tidak perlu mendengarkan omong kosongnya lagi, Countess."

"Jadi, jika ada bukti, Anda akan percaya bahwa anak ini tidak bersalah, Direktur? "

"Permisi?" direktur itu mengerutkan kening, bingung dengan pertanyaan Madenna yang tiba-tiba.

"Tidak?"

“Jika ada bukti, aku akan mempercayainya.”

"Baik."

Madenna menoleh dan tertawa ringan.

"Solusinya sebenarnya sangat sederhana. Kamu hanya perlu melemparkan sihir proyeksi ke bros itu."

“Sihir proyeksi?”

Ekspresi wajah Direktur Lanthan dan Suzanne jatuh saat sihir itu disebutkan.

Sihir proyeksi adalah sihir yang menunjukkan sisa memori pada objek dalam bentuk gambar.

Meskipun mereka hidup dalam sosial dimana sihir diabaikan. Sihir proyeksi sering digunakan oleh penegak hukum untuk menyelidiki kasus kriminal.

"Ya, saya akan menyewa penyihir yang bisa menggunakan sihir proyeksi. Itu mudah bagi saya. Dengan sihir proyeksi, kita bisa langsung menangkap pelakunya, kan?"

"T-tentang itu ... Countess kamu tidak perlu melakukan itu hanya karena insiden antara anak-anak," Lanthan tergagap, mencoba mencegah Countess mengambil tindakan apa pun.

“Aku mengatakannya tadi kan? Aku benci pembohong."

Mata Madenna tertuju pada mata tajam Suzanne.

“Saya tidak ingin pergi tanpa mengungkapkan kebenaran.”

 

 




Translator: Nlen
Editor: Nox

<<      >>

Comments

Popular Posts