JPSPU Bab 4

 Penyihir memiliki jumlah yang kecil, dan di antara mereka, bahkan terdapat  lebih sedikit lagi penyihir yang dapat menggunakan sihir mereka ke tingkat yang lebih lanjut.  Karena untuk melakukan hal tersebut, mereka memerlukan dana dan yang besar dan penyihir tingkat lanjut untuk membimbing mereka. 


Biasanya, menyewa seorang penyihir hanya demi mengungkapkan kebohongan seorang anak merupakan hal yang sia-sia. Akan tetapi, seperti yang Madenna katakan sebelumnya, hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil baginya.

Sebagai pewaris dari kekayaan Count Rodenherg, salah satu orang terkaya di kekaisaran. Dia hanya perlu menjentikkan jarinya dan puluhan ahli sihir akan siap melayaninya.

"Kita akan melakukan investigasi lebih lanjut setelah penyihir tersebut datang. . Aku akan menginstruksikan kepala pelayan untuk meminta penyihir untuk datang kemari."

Madenna berkata, sembari begerak  ke sisi Suzanne.

"......?"

Suzanne terlihat sedikit terguncang ketika sihir proyeksi diungkit. Tapi anehnya, kini terdapat senyuman di wajahnya.

Merasa penasaran atas reaksinya, Madenna berusaha untuk kembali dan memanggil kepala pelayan terlebih dahulu.

"Tunggu sebentar," Farren memanggil Madenna.

"Hmm? Apakah ada masalah?"

"Tidak, jika anda membutuhkan sihir projeksi, anda tidak perlu memanggil penyihir lain. Saya bisa melakukannya. Saya akan melakukannya segera."

"Astaga."

Madenna membuka matanya dengan lebar atas kejadian yang tidak terduga. Sihir proyeksi merupakan sihir yang cukup sulit, oleh karena itu tidak banyak orang mengetahui bagaimana cara menggunakannya.

"Sihir dia palsu! Jangan tertipu oleh kebohongan Farren, Countess." Suzanne merespon..

Sang direktur langsung mengingatkannya untuk bersikap sopan. Suzanne terdiam, akan tetapi tatapannya dipenuhi oleh ketakutan.

Dia masih sangat tenang sampai beberapa waktu lalu ketika aku bilang akan mencari ahli sihir untuk melakukan sihir proyeksi'.

Kenapa dia bereaksi seperti itu ketika Farren mengatakan bahwa dia akan menggunakan sihir proyeksinya sekarang?

Reaksi Suzanne yang berlebihan membuat Madenna percaya, bahwa ia sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

"Kita dapat melihat jika sihir itu palsu nanti. Farren, jika kamu mengetahui cara melakukan sihir proyeksi, kamu seharusnya bilang padaku lebih awal."

"Seperti yang saya katakan pada anda sebelumnya, direktur tidak akan mendengar dan saya pikir akan percuma jika saya mengatakannya pada anda."

"Hmm."

"Saya pikir dia sedang berbohong! Kami tidak mengajarkan sihir tingkat tinggi di panti asuhan!" protes sang direktur atas keputusan Madenna.

"Kita akan menentukan hal it setelah kita melihatnya. Farren, seperti yang aku bilang, aku benci pembohong. Tolong jangan mengecewakan aku."

"Baik, Countess."

"Suzanne, tolong berikan bros itu padaku."

Madenna mengeluarkan sapu tangannya dan meminta Suzanne untuk menaruh bros tersebut di atasnya. Suzanne menggigit bibirnya, memegang brosnya, namun akhirnya dengan terpaksa dia meletakkannya di atas sapu tangan Madenna. Ketika Suzanne menyerahkan bros itu, Farren memandang Madenna.

"Countess," panggil Farren.

"Ada apa?"

"Terima kasih atas kesempatan ini."

"Aku hanya ingin mengungkapkan kebenaran. Tidak perlu berterima kasih padaku."

Respon Madenna terdengar dingin, akan tapi Farren tetap membalasnya dengan senyum terima kasih kepadanya. Setelah interaksi kecil tersebut, raut wajah Farren berubah serius dan dia mengulurkan tangannya keatas  bros milik Suzanne. Di waktu yang bersamaan, cahaya kebiru-biruan menyebar di sekeliling tangannya dan menciptakan lingkaran. Lingkaran yang buram itu perlahan menjadi jelas.

"Ah…!"

Proyeksi tersebut memperlihatkan Suzanne yang menyelinap ke dalam kamar yang gelap dengan bros.

"Su-Suzanne…?" direktur Langthan memalingkan kepalanya ke arah Suzanne dengan bingung.

"Farren berbohong! Semua itu dibuat-buat olehnya!"

Suzanne menangis, namun cahaya magis itu terus berputar, menunjukan sosok Suzanne. Dia menyelinap ke kamar anak-anak. Kepalanya tercangak-cangak mengamati sekelilingnya, sebelum dia akhirnya membuka laci Farren dan meninggalkan brosnya di sana.

"Tidak, Countess! Farren membuat-buat hal itu! Dia mencoba menuduh aku atas kejahatannya...!"

Farren melambaikan tangannya ke udara, dia tidak mengindahkan protes Suzanne. Dengan lambaiannya, seluruh lingkaran menghilang ke udara.

"...saya sudah selesai."

“Hey!" 

"....saya bukan tipe orang seperti itu."

Mata Farren menatap lurus ke arah Madenna yang terdiam dengan ekspresi rumit dan sulit dibaca. Tapi sejujurnya, Madenna telah mengharapkan kejatuhan Suzanne sejak lama. Rasa puas yang tak terbendung muncul setelah dia membongkar kebohongan Suzanne.

Sebelum dia kembali, tidak ada seorangpun yang percaya akan perbuatan jahat Suzanne, tidak peduli seberapa banyak Madenna berusaha untuk mengungkapkan kebenarannya. Suzanne bahkan menyalahkan Madenna dan semua orang percaya apa yang Suzanne katakan. Dia memang manipulator yang hebat.

Tapi sekarang bukanlah waktunya untuk memikirkan masa lalu. 

"Aku kecewa, Suzanne," Madenna berkata dengan nada dingin.

"Ti-tidak, itu hanyalah sihir buatan Farren!"

"Tapi aku mendengar tidaklah mungkin bagi seseorang untuk mengarang peristiwa seperti ini dengan teknik. Apakah aku salah?"

"Itu uh... itu..."

Suzanne mengambil satu langkah ke belakang sebelum dia berlari keluar dari ruangan.

"Suzanne! ...maafkan saya, Countess. Saya akan mendisiplin anak itu nanti," Direktur Lanthan membungkukkan kepalanya dengan malu.

"Lalu apakah kamu akan tetap melakukan kekerasan pada anak ini lagi, direktur?" Madenna bertanya seraya melihat ke arah Farren.

"Maaf?"

Madenna meraih tangan Farren dan menariknya ke sebelahnya.

"Lanthan. Aku punya banyak pertanyaan tentang bagaimana kamu menjalankan panti asuhanmu. Menyiksa seorang anak yang tidak bersalah seperti ini. Betapa menggeramkan," katanya penuh amarah, "Dana yang kamu miliki sangat besar, tapi anak-anak sama sekali tidak diurus dengan baik. Aku melihat kondisi mereka dan mereka terlihat kotor dibandingkan dengan foto di daftar yang kamu berikan padaku tadi."

"Itu, uh,...!"

"Kamu mengambil anggaran yang diberikan dan berusaha mengantonginya untuk dirimu sendiri, bukan? Aku akan memberi tahu pihak berwajib dalam perjalanan pulang, mereka akan mengurus kamu dan kejahatanmu."

Tubuh direktur Lanthan seketika lemas. Pandangannya kosong penuh dengan keputusasaan, dia bahkan tidak memperdulikan penampilannya. Melihat hal tersebut, Madenna tidak menghiraukannya lagi.

"Aku akan memilih Farren sebagai ahli warisku. Aku akan membawanya langsung denganku. Kamu tidak perlu repot-repot, kamu akan segera kehilangan wewenang sebagai seorang direktur. Aku akan mengurus masalah ini sendiri," lanjutnya tanpa peduli.

Madenna menarik pergelangan tangan Farren

"Mari kita pergi." Madenna berkata saat Farren melihat ke arahnya dengan muka terkejut.

"Ada apa denganmu?" Madenna memiringkan kepalanya saat melihat tak bergeming.

"Saya? Anda memilih saya sebagai anak didik?"

"Iya, kamu menunjukkan padaku bahwa kamu dapat mengontrol sihir dengan baik dan kamu tidak berbohong mengenai insiden bros itu. Aku menyukaimu," kata Madenna.

Jawaban Madenna yang blak-blakan membuat wajah Farren memerah dengan malu. Tangannya memegang pergelangan tangan Farren sembari berjalan turun ke lantai satu.

Farren mengikuti dalam diam sebelum akhirnya dia memecahkan keheningan itu. Dengan hati-hati dia, "Permisi, Countess."

“Ya?”

"Boleh saya memegang tangan anda dengan lebih nyaman?"

Madenna memegang dengan pergelangan tangannya tanpa memikirkan Farren dan dia dapat melihat anak lelaki itu menyerngit kesakitan karena cengkraman yang kasar. Madenna segera melepaskan pergelangan tangan dari cengkramannya. Tangannya yang terulur, digapai oleh Farren tanpa basa-basi. 

"Silahkan," jawab Madenna dengan senyum.

Farren dengan lembut memegang tangannya, dia bertindak bagaikan memegang harta yang berharga di tangannya. Madenna tersenyum perbuatannya dan mengembalikan genggamannya yang erat.

Dia membawa Farren ke dalam kereta kuda terlebih dahulu sebelum menyelidiki panti asuhan untuk kedua kalinya.

Peristiwa yang terjadi berbeda dari kehidupan sebelumnya. Madenna berhasil mencapai salah satu tujuannya, akan tidak terdapat kegembiraan maupun rasa sedih dalam hatinya.

Perasaan rumit ini tidak dapat dimengerti olehnya. Dia merasa puas namun rasa cemas yang tidak dapat terselubung muncul.

Tiba-tiba, seorang gadis kecil berlari keluar dari gedung panti asuhan. Rambut berwarna perak berterbangan di angin dan wajah yang cantik terungkap di balik helaian lembut.

Gadis tersebut adalah Suzanne.

Segera setelah dia menemukan Madenna, dia menggigit bibirnya. Matanya berkaca-kaca. Air mata menetes menuruni pipinya yang merona, setiap tetes berkilau terang seperti berlian terhadap mata birunya yang jernih.

"Countess... itu semua adalah kesalahpahaman."

“...”

"Jangan percaya pada Farren. Dia adalah anak yang jahat dan licik. Anda akan menyesal membawa dia."

Suzanne menatapnya dengan mata yang polos. Matanya murni tidak berdosa bahkan berhasil membuat Madenna ingin mempercayainya lagi. Madenna berpikir apakah dia yang sudah membuat kesalahan.

Madenna telah berulang kali membaca alur cerita novel semenjak ia kembali. Di kehidupan yang sebelumnya, dia menyesal karena tidak meragukan sedikitpun tindak-tanduk Suzanne, tapi sekarang semuanya sudah berubah.

"Apa kamu tidak memiliki sopan-santun? Berani-beraninya kamu memperdebatkan keputusanku."

“Countess?"

"Apa kamu tidak mendengar yang aku katakan? Tidak peduli apapun yang kamu katakan, kebenarannya sudah diperlihatkan oleh sihir proyeksi. Kamu adalah pembohong. Kamu bahkan mendorong semua perbuatan jahatmu kepada temanmu yang tidak bersalah."

Suzanne tertegun.

"Mulai sekarang, perlakukan temanmu dengan baik. Jangan mengatakan kebohongan, jangan menyalahkan orang lain. Suatu hari kebohonganmu akan menggunung dan kebenaran yang kau sembunyikan akan terungkap sebagai konsekuensinya."

Suzanne menangis lebih keras saat dia berjalan ke dalam panti asuhan karena kata-kata Madenna yang tajam. Sepertinya dia sadar bahwa dia telah gagal dalam menipu Madenna.

Madenna menghela nafas dalam hatinya. Dia telah berpura-pura kuat sepanjang kunjungannya ke panti asuhan, tapi sesungguhnya dia merasa gugup. Tangannya tak dapat berhenti gemetar dan rasa nyeri menjalar di seluruh tangannya kepalannya yang keras.

‘Mulai saat ini, alur cerita novel akan berubah.’

Dia melangkah menuju ke kereta kuda dengan cepat dalam upaya untuk menutupi kakinya yang bergetaran. Di depan kereta kuda, dia memalingkan kepalanya kembali ke panti asuhan.

Dari sana, dia dapat melihat Suzanne yang sedang memperhatikannya dari pintu depan panti asuhan. Dia menghilang setelah bertatapan mata dengan Madenna. Mereka hanya bertatapan sekilas, akan tetapi Madenna dapat melihat terdapat hal yang salah dalam tatapan Suzanne.

Matanya penuh dengan kebencian dan amarah. Pandangnya membuat sekujur tubuh Madenna dipenuhi keringat dingin. Dia masih ingat beberapa hari yang lalu tubuhnya diseret ke panggung eksekusi. Rasa takut menjalari tubuhnya.

'Tidak apa. Suzanne sudah bukan ahli warisku lagi, dia hanya anak kecil yang tidak berdaya.'

‘Tindakanku setelah ini akan menjadi faktor penting di masa depan. Sekarang setelah aku melihat warna asli Suzanne dari masa kecilnya, aku tidak akan takut.’

Dia memanggil kepala pelayan sebelum memasuki kereta dan memerintahkan, "Tolong laporkan panti asuhan ini ke pihak berwenang dalam perjalan pulangmu. Besok malam katakan pada 'Stained Raven' untuk datang berkunjung."

"Anda akan menemui dia? Nyonya telah memberitahu saya untuk menghindari berurusan dengan mereka."

"Aku tahu. Tapi aku tidak punya pilihan lain... aku harus bertemu dengannya, jadi tolong jaga rahasia ini."

"...baik... Saya akan melakukan apa yang anda perintahkan," jawab sang kepala pelayan sembari turun dari kereta kuda dan segera pergi menangani instruksi tersebut.

Madenna mendesah dan mengangkat kepalanya. Farren, yang duduk di kereta kuda terlebih dahulu, tersenyum kepadanya. Melihat senyum Farren menentramkan hatinya. Farren akan menjadi sekutunya di masa depan. Mulai sekarang dia harus menjaga hubungan mereka dengan segala cara.

Madenna pun tersenyum kepada Farren.




Translator: Nadnad
Editor: Nox

<<      >>

Comments

Popular Posts