PKMK Bab 7
Sang Permaisuri melihatku untuk beberapa waktu sebelum dia pergi meninggalkanku tanpa sepatah kata.
...tinggi. Sepertinya dia mengatakan, “Sampai jumpa besok.”
‘Tidak mungkin. Mungkin aku salah dengar.’
Lebih baik aku tidak memikirkan hal yang tidak berguna, hari ini adalah hari terakhir aku bersama Sang Permaisuri.
Merasakan sakit kepala, aku mengesampingkan pikiran-pikiran burukku.
***
Di malam yang sama dengan insiden tersebut, sebuah ingatan lama datang dalam mimpiku.
Aku berlari menuju ke pojokan istana dimana tidak banyak orang-orang berlalu-lalang.
Merangkak dalam kegelapan, aku meringkuk seperti sebuah janin.
Nafasku terengah-engah, mencoba untuk menahan tangisanku yang akan meledak keluar.
“Halo, kenapa kamu menangis?”, dari luar pojokan, seseorang mengintip keluar.
Terkejut, aku mataku terbelalak.
“Uhh.. Hiks, hiks… Siapa, siapa kamu?”
“Oh, aku?”
Wanita itu terdiam.
Dia membalas dengan senyum yang samar-samar, “Namaku Rose.”
Rose.
Nama itu sangat cocok untuk seorang wanita cantik seperti dia.
Aku bergegas berdiri.
“Ke-kebetulan, apakah kamu sedang menuju ke istana kekaisaran? Jika iya, aku tidak akan menghalangimu…”
“Tidak, tidak! Saya, uhm… Saya seorang pelayan!”
“Pelayan?”
“Iya, sudah lama saya tidak mendapatkan hari libur. Saya belum mengganti pakaian saya karena baru saja kembali.”
Begitu ya. Pergi liburan pasti sangat menyenangkan.
Aku mengangguk dengan pelan.
Dia menatapku dengan tatapan penasaran.
“Tapi, kenapa kamu menangis disini?”
“Oh, tidak ada apa-apa.”
Aku tidak bisa mengatakan bahwa para pelayan dalam pelatihan lainnya sedang menggangguku, jadi aku mengelak.
Tatapannya melembut mendengar balasanku.
“Kalau memang tidak bisa memberitahu, kamu tidak harus memberitahuku. “
Dia menaruh sapu tangannya di lantai sambil duduk disebelahku.
Lalu, kehangatan tubuhnya menyelimutiku.
“Tapi, kamu bisa memberitahukan namamu, bukankah begitu?”
“... Nama saya Charlize. Aku adalah seorang rakyat jelata, jadi aku tidak memiliki nama belakangan.”
Kalau dipikir lagi, aku merasa aneh.
Biasanya, aku tidak akan menjawab pertanyaan itu, tapi aku langsung saja memberitahu namaku kepada wanita itu.
Dia menyebut namaku beberapa kali.
“Nama yang sangat indah. Bolehkan aku memanggilmu Lize mulai dari sekarang?”
“Apakah kita akan bertemu lagi?”
“Tentu saja! Kita berdua sama-sama seorang pelayan, jadi kita akan saling bertemu lagi.”
Pipiku memerah.
Aku bisa bertemu lagi dengan perempuan baik dan cantik ini.
Dia terus melihatku dengan senyum yang sumringah, tapi mendadak, dia pergi menjauh dariku.
Mataku terbelalak.
“Kakak, Kak Rose…!”
‘Kemana kamu akan pergi? Jangan tinggalkan aku!’
Mataku terbuka dengan lebar. Bayangan menyeramkan itu terngiang-ngiang dengan jelas di pikiranku.
Sebelum aku sadar, tanganku terulur ke atas, menggenggam udara.
Di tengah-tengah kegelapan, air mata terbendung di pinggir mataku, yang pada akhirnya mengalir ke pipiku hingga ke bantal.
‘...Aku tidak ingin memiliki mimpi seperti ini.’
Saat aku menelusuri kembali kejadian dalam mimpiku, aku menggigit lidahku!
Dihari aku di aniaya oleh pelayan dalam pelatihan lainnya, aku tidak dapat menahan rasa sedih di dalam hatiku dan pergi melarikan diri.
Itulah saat dimana Rose dan aku bertemu pertama kalinya.
Rose, satu-satunya orang yang peduli padaku dan memberiku afeksi.
Kakakku adalah pusat yang tenang di kehidupan kekaisaran penuh badai.
Tapi…
“Rose telah pergi sekarang.’
Aku menggigit bibirku hingga berdarah.
Rose, orang yang ku sayangi, adalah persona palsu yang Sang Permaisuri buat dari awal.
‘Sejujurnya, aku ingin menanyakan kenapa kamu membohongiku.’
Tapi bagaimana bisa aku menanyakan hal yang tidak sopan kepada Sang Permaisuri?
Aku merasa sesak nafas akan hal itu.
“Yang Mulia Sang Permaisuri.”
Aku merasa sangat aneh.
Identitas asli Rose lebih membuatku terkejut daripada fakta bahwa dia adalah Sang Permaisuri keji yang akan membunuhku dengan kejam suatu hari nanti.
Aku mengubur wajahku ke dalam bantalku, menolak untuk memikirkan persoalan hal ini lagi.
***
Keesokan harinya.
Aku dipanggil oleh kepala pelayan pagi-pagi sekali.
Mataku sembab dan bengkak karena menangis semalaman. Kepala pelayan yang melihat wajahku menatapku dengan ekspresi yang aneh.
“Jangan terkejut dengan berita ini, Charlize, tapi Yang Mulia memintaku untuk menugaskan kamu di Istana Kekaisaran mulai sekarang,” ucap kepala pelayan secara tiba-tiba.
...apa?
Pikiranku berhenti bekerja disaat penglihatanku meredup.
Yang Mulia…
Apakah ini yang dia maksud dengan ‘Sampai jumpa besok’?
Semuanya memudar.
Satu-satunya hal yang aku bisa tangkap dari penjelasan kepala pelayan. Hal itu terus berdering di telingaku seperti rekaman rusak.
“Jangan terkejut, Charlize. Yang Mulia meminta kamu ditugaskan di Istana Kekaisaran…”
“Apa? Ke-kenapa?”
‘Aku tidak membutuhkan kehormatan sebagai pelayan Istana Kekaisaran, jadi jangan usik aku lagi! Ada banyak pelayan lainnya yang ingin kehormatan itu! Kenapa memilihku?’
“Aku tidak tahu apa yang sudah terjadi, tapi aku rasa Sang Permaisuri suka padamu, Charlize.”
“Jadi kamu harus pergi dan melakukan pekerjaan yang baik, oke?”
Kata kepala pelayan sambil merapikan rambutku.
Di situasi ini, bagaimana aku bisa berkata, ‘Aku tidak ingin pergi kesana?’
Tentu saja, walaupun aku melawan keputusan itu, Sang Permaisuri lah yang telah menunjukku, jadi aku tidak memiliki pilihan lain selain menurutinya.
‘Bukankah aku sama saja pergi ke kandang harimau dengan menyetujuinya?’
Bahkan, dulu aku tidak berani untuk mendekati kandang harimau.
Tentu saja, sang harimau baik kepadaku, dan selain itu, dia adalah harimau tercantik di dunia!
‘Tapi aku benar-benar tidak tahu bagaimana caranya menghadapi Sang Permaisuri sekarang…’
Dengan muram, aku menundukkan kepalaku.
Rose, dan sang permaisuri keji.
Sepertinya, aku belum mengakui keduanya adalah orang yang sama.
Hatiku tidak bisa menahan tapi berdetak dengan rasa khawatir setiap kali pikiran itu terbesit di dalam kepalaku.
‘Mari kita berhenti berpikir.’
Aku menggelengkan kepalaku.
Tidak ada gunanya merasa putus asa, aku tidak akan menemukan solusi dengan seperti ini.’
‘Jangan terlalu banyak berpikir tentang ini.’
Menyesuaikan taas di tanganku, aku berjalan cepat.
Seharusnya aku sudah berada di Istana Kekaisaran pada jam dua dan kepala pelayan sedang bertugas hari ini.
Bagaimana jika aku telat?
Aku mempercepat langkah kakiku menuju ke Istana Permaisuri, tapi saat pandanganku tertuju pada istana itu, aku tidak bisa menahan tapi berhenti bernafas dalam kegembiraan saat melihatnya.
“...wow.”
Secara tidak sadar mataku terbuka lebar. Pemandangan istana dari jauh sangatlah indah!
Istana putih bersih itu bersinar di bawah matahari keemasan.
Terlebih lagi, bunga mawar merah sedang bermekaran.
Sudah ku duga, tempat itu adalah lokasi terindah di dalam istana.
“Cantik seperti pemiliknya, bukankah begitu?’
Aku merasa kesal saat kata-kata itu keluar dan mencemburutkan bibirku.
Saat memasuki Istana Kekaisaran, aku merasa terpukau.
Bagaimana bisa dalamnya lebih indah daripada luarnya?
Kebun dalamnya pun sama indahnya seperti kebun mawarnya.
Bahkan bebatuan di lantai pun sangat indah!
‘Batu ini, menurutmu apakah batu-batu tersebut diletakkan untuk diinjak orang-orang?’
Setelah menelan ludahku, aku berjalan mundur.
Batu itu terlihat sangat mahal, bagaimana jika aku meninggalkan kotoran jika aku menginjaknya sembarangan?
Disini tidaklah sama seperti istana kotor dimana aku berada!
Ketika aku sedang melihat-melihat sekelilingku,
“Astaga! Apakah dia adalah pelayan dalam pelatihan yang Sang Permaisuri sendiri bawa?”
“Sepertinya begitu…”
Sebuah bisikan terdengar.
Aku menegangkan bahuku secara insting ketika mendengar percakapan tidak bersahabat itu.
‘Apa-apaan ini?’
Ketika aku melihat sekelilingku, beberapa pelayan berkerumun dan menatapku.
“Ku dengar dia terjebak sebagai pelayan dalam pelatihan untuk waktu yang lama. Sepertinya rumor tersebut benar adanya.”
“Lihatlah tubuh mungilnya.”
Para pelayan tidak berhenti bergosip, walaupun aku berada di depan mereka.
Sebaliknya, mereka membuat kontak mata denganku dan tertawa.
Tanganku yang sedang memegang tasku, mengencang dengan frustasi.
“Kamu sangat beruntung ya. Bagaimana caranya kamu menangkap perhatian Permaisuri?”
“Tidakkah menurutmu dia mencoba membandingkan dirinya dengan kita hanya karena dia telah diberi gelar pelayan tetap?”
Para pelayan terus mengobrol seolah-olah aku tidak mendengarkan.
Seorang pelayan tetap.
Perbedaan antara seorang pelayan dalam pelatihan dan pelayan tetap adalah topik yang agak sensitif yang mana jarang disinggung.
Untuk saat ini, aku memiliki gelar pelayan tetap, jadi memang benar aku memiliki status yang lebih tinggi daripada pelayan dalam pelatihan.
Tetapi para pelayan tetap ini juga merupakan pelayan tetap dari Istana Permaisuri.
Mereka lah yang akan bekerja bersama denganku kedepannya.
Menurut sudut pandang mereka, pasti tidak masuk akal bagi seorang pelayan dalam pelatihan dari istana kecil untuk memasuki istana permaisuri.
“Hei, beritahu kami. Kamu tidak sebodoh itu, kah?”
“Ya, bagaimana bisa kamu ditugaskan ke Istana Permaisuri? Beritahu kami yang sebenarnya.”
Ketika para pelayan sedang menggali kebenarannya padaku, sebuah suara tegas merayap ke telingaku.
Comments
Post a Comment