JPSPU Bab 9

 

Translator: nadnad
Editor: Nox






"Madenna, kelakuanmu sangat tidak profesional sekali. Pikiranmu sedang tak berada disini – apa yang sedang kamu pikirkan?"

"Oh, maafkan ku, Bu!"

"Apakah ada yang kamu pikirkan?"

"Tidak apa-apa. Saya hanya merasa sedikit lelah."

Madenna merasa malu karena dia dimarahi dihadapan Farren.

Namun, Madenna mengakui bahwa dia rindu omelan ibunya. Mendengar teguran ibunya membuat Madenna merasa bahwa dia benar-benar berada di rumah.

Farren yang berada di sampingnya, melihatnya dengan penuh kekhawatiran.

Mungkin kata 'lelah' menangkap perhatiannya.

Madenna dengan cepat menambahkan untuk menenagkannya dia, "Aku rasa aku akan baik-baik saja jika setelah aku mandi dan beristirahat nanti. Omong-omong, aku dengar Ibu pulang lebih awal dari yang dijadwalkan karena terdapat masalah dengan bisnis kita. Apakah ada kecelakaan yang terjadi?"

"Yah, aku tidak akan menyebutnya kecelakaan..."

Luciola menjelaskan situasinya dengan singkat.

Beliau saat itu bermaksud untuk mengunjungi kota di selatan bernama Retti Shire untuk membuat kesepakatan bisnis. Namun, jembatan yang menghubungkan ke kota itu runtuh, sehingga menunda rencana Luciola.

"Jika hanya orang-orang saja, Aku bisa menggunakan perahu untuk menyeberang, tapi kita harus mengirimkan barang-barang ke kota itu juga. Tidak mungkin barang-barang yang besar akan cukup di perahu yang kecil."

“Apa kita tidak bisa menggunakan rute alternatif?"

"Retti Shire adalah sebuah kota yang berbatasan dengan pegunungan dan sungai-sungai, jadi tidak ada jalan yang mudah yang dapat digunakan oleh kereta kuda selain jembatan itu."

Retti Shire merupakan kota yang cukup besar dan mereka dapat mencukupi keperluan mereka sendiri walaupun jembatan menuju kota itu runtuh. Namun tetap saja, derita yang dialami sektor ekonomi mereka tidak dapat terelakkan.

"Oh, tidak. Seberapa cepat mereka dapat memulai pembangunan kembali?"

"Paling cepat mungkin satu atau dua bulan. Barang milik kita biasanya digunakan saat musim semi, jadi akan sulit untuk membuat penghasilan jika kita melewatkan musim itu. Karena itulah kita dalam masalah."

Luciola memijat-mijat dahinya yang pening.

Keheningan yang berat meliputi mereka. Luciola akhirnya mengangkat kepalanya, "Oh, awalnya aku tidak akan membicarakan hal ini. Aku minta maaf sudah membuatmu bosan, Farren," Luciola meminta maaf.

"Tidak, saya tidak keberatan," Farren yang terdiam sedari tadi, membalas dengan sopan.

"Mari, ayo makan. Juru masak mengatakan bahwa dia menyajikan hidangan spesial. Kamu harus makan yang banyak."

"Baik, Countess."

Masalah yang suram itu segera terlupakan, makan malam berjalan dengan tenang. Luciola mengajukan beberapa pertanyaan kepada Farren yang dijawabnya dengan jujur, sementara Madenna mendengarkan dengan penuh perhatian.

Saat hidangan penutup disajikan, Luciola berdiri dan dalam upaya untuk meringankan suasana, “Madenna, memilih Farren merupakan keputusanmu, dan aku menghargainya. Aku tidak menyukai tren para aristokrat baru-baru ini yang menganggap yang anak-anak sponsor sebagai ornamen semata. Aku mengerti kamu tidak akan memilih anak ini dengan niat seperti itu."

"Iya, Ibu."

"Meskipun begitu, kamu perlu melakukan banyak investasi untuk mengasuh Farren di masa depan dan investasi tersebut berasal dari aset keluarga kita yang aku kumpulkan. Oleh karena itu, aku ingin menguji Farren terlebih dahulu."

Madenna menarik nafas tajam saat dia mendengan perkataan ibunya. Dia berusaha sebaik-baikinya untuk menenangkan kekhawatirannya. Karena dia tahu apa maksud dari perkataan ibunya.

Madenna menyela, "Ibu, itu-"

"Aku ingin bertanya kepada Farren. Madenna, aku minta kamu untuk diam dulu," Luciola dengan tegas memotong perkataan putrinya dan berbalik ke arah Farren.

"Alasan kenapa Madenna membawamu kemari adalah karena kamu seorang penyihir. Farren, apakah kamu dapat membuktikan talentamu sebagai penyihir?"

Tidak ada gunanya bagi Madenna untuk menunjukan keunggulan Farren dalam bidang akademis. Sebagai seorang penyihir, talenta milik Farren hanya dapat dibuktikan melalui sihir, sebuah kemampuan yang dianggap sebagai trik karnaval semata di kekaisaran Alleo.

Meskipun begitu, Farren tetap tenang.

Dia menatap langsung ke mata Luciola dan menjawab, "Kurasa itu mungkin."

"Baiklah, bagaimana kamu akan menunjukkannya kepadaku?"

"Jika itu tidak merepotkan Countess..." Farren menjawab, melipat tangannya di atas sapu tangan.

"Aku bisa menyelesaikan masalah mengenai jembatan rusak yang kalian berdua bicarakan tadi."

Tidak hanya Luciola, Madenna yang sedang mendengarkan dari samping juga terkejut atas idenya yang kontroversial.

Mengingat sihir proyeksi yang Farren tunjukkan di panti asuhan, Madenna mengakui bakat sihirnya yang luar biasa, terutama dengan usianya yang muda.

Meskipun demikian, kata-kata Farren terdengar tidak masuk akal, karena semua sihir skala kecil memiliki batasan, tidak peduli seberapa kuat pengguna tersebut.

"Itu adalah kebiasaan yang buruk untuk membual. Apa kamu dapat bertanggung jawab atas perkataanmu?" Luciola bertanya dengan dengan tegas, karena menurutnya Farren sedang melebih-lebihkan kemampuaannya.

Namun tatapan Farren tidak goyah. Bahkan dengan teguran Luciola, Farren tetap tenang.

"Iya, saya membuat pernyataan seperti itu karena saya tahu bahwa ide itu dapat saya lakukan."

"Hmm."

Luciola membawa sesendok serbet jahe ke mulutnya kemudian menjawab dengan dahi berkerut, "Baiklah, tapi jika kami menuruti kata-katamu, dan sihirmu gagal, keluarga kami akan menderita kerugian besar."

“Saya mengerti."

“Dan jika hal itu terjadim, meskipun kamu telah menipuku, Aku tidak akan memaksamu untuk mengganti rugi. Namun, aku akan langsung membatalkan sponsor milikmu."

"Ibu, tapi...."

"Madenna, kamu bukan kepala keluarga kita, statusmy masih hanya pewaris keluarga Rodenherg. Ini adalah sebuah perintahku sebagai kepala keluarga."

"Baiklah..."

Ketika Luciola pertama kali mengatakan kepada Farren untuk membuktikan kemampuannya sebagai seorang penyihir, dia mungkin tidak mengharapkan banyak.

Setidaknya, Madenna tidak berpikir bahwa dia dapat kehilangan Farren karena hal itu.

Luciola mengetahui bahwa ada sihir seorang anak kecil memiliki batasan – Madenna yakin Farren dapat lulus hanya dengan menunjukkan sihir api kecil.

Madenna melirik Farren yang ada di sebelahnya, 'Kenapa dia berani mempertaruhkan sponsor miliknya?'

Meskipun demikian, tatapannya berani dan tefas Tidak ada rasa takut dalam matanya, mereka bahkan seolah-olah mengatakan, 'Aku mengatakan itu mungkin karena aku bisa melakukannya.'

"Apakah kau setuju, Farren?"

"Iya, tidak masalah, Countess."

"Baiklah, aku akan mengatur persediaan barang dan kalian dapat berangkat ke Retti Shire minggu deapn. Madenna, kamu tangani kesepakatan itu untukku."

"Aku mengerti."

Sepertinya ibunya juga memberi tanggung jawab kepada Madenna karena dialah yang memutuskan untuk mensponsori Farren.

'Tetapi itu merupakan sifat ibuku untuk memberikan seseorang tugas yang berat kepada seseorang untuk membangun pengalaman mereka. Dengan begitu, melalui tugas mereka, mereka dapat mengasah karakter dan pola pikir mereka. Lagipula, nasi sudah menjadi bubur. Ibu sudah memutuskan, aku tidak akan bisa mengubah pikiran beliau. Selain itu, aku juga harus percaya pada Farren.'

Setelah percakapan yang mengejutkan itu, makan malam berakhir dengan suasana buruk.

***


"Karena, kamu telah bertekad untuk melakukan hal ini, aku akan menaruh kepercayaanku  padamu, tapi... kenapa kamu begitu gegabah, Farren? Bayangkan harga yang harus dibayar karena satu kesalahan," Madenna bertanya sambil menemani Farren kembali ke kamarnya.

"Aku yakin Ibu tidak mengharapakan sesuatu yang megah, bahkan sihir sederhana yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dapat menyakinkannya. Kamu tidak perlu membuat proposal yang beresiko."

"Jika saya gagal, apakah saya akan menjadi beban bagi anda?"

"Jika kamu tidak bisa melakukannya, maka kamu apa boleh buat. Tapi, jika kamu berhasil, akan berbeda lagi ceritanya."

Farren menyeringai mendengar kata-kata Madenna.

"Kita akan baik-baik saja, karena saya bisa melakukannya."

"Kamu benar-benar percaya diri."

"Tentu saja, seperti yang nona katakan, saya bisa dengan mudah menunjukkan sihir sederhana pada Countess karena 'Itu sudah cukup untuk seorang anak kecil'".

Farren mengangkat tangan kanannya keatas dadanya. Api merah dan biru terpercik dan berjalinan satu dengan yang lain, meninggalkan warna ungu yang indah dalam jejaknya.

"Tapi nona juga berkata bahwa saya harus bersikap tulus untuk memenangkan hati orang lain. Sihir seperti ini hanya berguna sebagai tontonan, dan tidak peduli seberapa mengagumkannya itu, itu hanyalah pertunjukan semata."

Meskipun Farren menyebutnya sebagai pertunjukan semata,api yang dia ciptakan mencuri perhatian Madenna. Api yang itu mengerjap sebelum akhirnya kumpulan cahaya tersebut menjauh dan menghilang, meninggalkan Madenna dengan bayangannya.

"Jadi, saya memutuskan untuk mengambil pendekatan yang berbeda. Semua pihak akan diuntungkan jika dilema bisnis milik Countess terselesaikan."

Ketika Madenna melihat bahwa Farren sedang menerapkan apa yang telah dia dengar di butik, Madenna hanya bisa menghela nafas, "Kamu adalah murid yang luar biasa."

"Apakah itu sebuah pujian?"

"..."

"...iya."

Wajah Farren berbinar-binar mendengar pujian Madenna. Dia terlihat gembira mendengar hal itu.

Pada akhirnya, ekspresi Madenna melembut saat dia melihat wajah Farren yang bahagia.

"Jika kita berhasil, kamu tidak hanya akan diakui sebagai anak sponsorku, kamu juga akan mendapatkan dukungan dari ibuku."

"Saya tidak hanya menginginkan pengakuan dari Countess tetapi juga dari nona muda."

"Tidak perlu bergurau."

"Saya tidak sedang bergurau," kata Farren. Suaranya menjadi lesu, dan dia menambahkan dengan sungguh-sungguh, "Saya sangat kesal saat tadi di butik. Saya dibilang tidak berguna bagi nona karena umur dan identitas saya sebagai penyihir."

"...aku mengerti."

"Saya mau membuktikan diri saya kepada Countess dan juga nona. Saya tidak akan membiarkan anda menyesal karena telah memilih saya."

Tanpa demonstrasi Farren akan kemampuannya , Madenna hanya bisa bersandar pada keyakinannya akan kemampuan Farren dan mengamati perkembangan Farren di masa depan. Idenya mungkin dapat menimbulkan resiko, tapi tidak ada alasan untuk menghentikan Farren jika dia benar-benar berpikir dia bisa berhasil mencapai hal itu.

"Aku percaya kamu dapat mencapainya. Mempercayai dirimu adalah tugasku sebagai sponsormu."

"Terima kasih karena sudah mempercayai saya."

"Karena sekarang kita akan pergi berangkat dalam seminggu, aku harus menyelesaikan desain interior bangunanmu sebelum keberangkatan kita. Seperti yang kuduga, tempat tinggal sementaramu terlalu kecil untuk ditinggali oleh seseorang." 

Meskipun Madenna menyebutnya sempit, kamar milik Farren lebih besar dari kamar milik rakyat biasa.

Farren hanya mengangkat bahu pasrah dan tersenyum mendengar standar Madenna.

"Karena ibuku sudah memutuskan perjalanan kita, kita terpaksa haus menunda kontrak kita."

"Apakah itu kontrak darah yang anda sebutkan sebelumnya?"

"Iya."

"Saya tidak akan gagal, namun jika saya gagal, apakah nona akan mengirim saya kembali ke panti asuhan?" Farren bertanya dengan hati-hati.

"Tidak."

Madenna menggelengkan kepalanya dengan tegas.

Dia sudah memilih Farren sebagai alatnya untuk bertahan hidup di masa depan. Dia tidak berniat untuk membuang Farren.

"Jika itu terjadi, aku akan menentang keputusan milik ibu atau meninggalkan rumah ini. Namun, tidak peduli apa hasilnya, aku tidak akan berhenti mensponsorimu."

"Ah..."

"Jika aku membuangmu, bukankah itu sama dengan meninggalkan seorang anak asuh? Itu sangat tidak manusiawi untuk melakukan hal tersebut seorang yatim piatu."

Mata Farren terbuka dengan lebar, dan rona merah menjalar di pipinya yang pucat.

“Terima kasih," bisiknya.

Farren akhirnya mengangkat kepalanya dan bertanya, "Dapatkan anda memberikan saya tangan anda, nona?"

"Huh? Seperti ini?"

Madenna mengulurkan tangan kanannya ke genggaman Farren. Dia mendekat, dan ciuman yang ringan ditempatkan di punggung tangan Madenna. Dia membuat Madenna terkesima dengan tindakannya yang berani.

Meskipun ini bukanlah era kesatriaan, ciuman Farren terasa seperi janji setia seorang ksatria kepada seorang wanita.

Comments

Popular Posts