JPSPU Bab 8

 Translator: nadnad

Editor: Nox


 

"Iya, hal paling penting dalam bisnis adalah untuk membeli kebaikan hati orang lain."

"Kebaikan hati orang lain...?"

"Sebagai contoh, bayangkan bahwa toko ini memiliki barang yang akan menjadi tren nantinya. Mereka akan mencari seorang investor, dan cadidatnya adalah keluarga kita dan keluarga Tassio. Investor mana yang menurut kamu akan diutamakan oleh sang manajer?"

"Ah..."

Farren mengangguk, memahami maksud dibaliknya.

"Kebaikan hati yang kecil itu tidak cukup. Meskipun mereka menyukai keluarga kita, toko mungkin akan memilih keluarga dengan kondisi keuangan yang lebih baik. Elemen ini terutama berperan saat bisnis mengalami kesulitan memilih antara investor dengan kondisi keuangan yang mirip."

"Jadi anda tidak keberatan kehilangan uang untuk membeli ketulusan."

"Tentu saja, mustahil untuk membeli hati seseorang dengan uang. Aku rasa cara terbaik untuk memenangkan hati seseorang itu melalui ketulusan."

"Iya."

"Namun, uang bisa menjadi alat untuk mengekspresikan ketulusanmu. Itu adalah cara terbaik untuk menghargai waktu, materi, dan usaha yang mereka telah mereka kerahkan untuk membuat produk."

"...dalam kata lain, jumlah yang anda baru saja investasikan juga merupakan ketulusan yang anda tunjukkan pada toko ini."

"Iya," Madenna mengangguk, "Menghujani seseorang dengan uang tanpa alasan itu tidak berguna, dan mungkin membebani. Itu bukanlah ketulusan. Namun, jika kamu menggunakan uang pada saat yang diperlukan, itu akan dianggap sebagai ketulusan oleh orang lain."

Farren tertawa dengan lembut atas penjelasan Madenna.

"Apakan itu cara menggunakan uang dengan tepat seperti apa yang anda katakan?"

"Benar. Kamu seharusnya tidak ragu untuk berinvestasi di masa depan. Tolong gunakan uangmu dengan bijaksana."

"Baik!"

Dengan ekspresi yang lebih cerah dibandingkan sebelumnya, Farren mengambil cangkir tehnya dan menyesapnya dengan hati-hati.

Namun, alisnya mengerut karena rasa tehnya. Sepertinya teh itu terlalu pahit bagi dia, seorang anak kecil yang belum belajar untuk menghargai rasa asli dari teh.

Reaksi Farren yang kekanak-kanakan membuat Madenna tertawa.

Farren, yang sudah meletakkan cangkir tehnya lagi, memiringkan kepalanya dan membuka mulutnya.

"...kalau begitu, nyonya."

"Iya?"

"Apakah nyonya menunjukkan ketulusan anda dengan berinvestasi pada diriku?"

"..."

Madenna menampakkan ekspresi yang terkejut atas pertanyaan Farren karena pikiran itu tidak pernah melintas di benak Madenna.

Itulah yang dia lakukan pada Suzanne. Tetapi, selain investasi yang didefinisikan dengan uang, Madenna benar-benar sayang pada Suzanne dan mengabdikan dirinya pada gadis itu.

Jika itu hanya sebuah 'investasi', pasti akan gagal.

Namun, pada akhirnya, kasih sayangnya, uang, dan ketulusan dikembalikan dengan pengkhianatan dan hukuman mati.

'...Aku berpikir untuk menggunakan Farren murni sebagai mitra bisnis. Jika kita menandatangani kontrak darah, tidak akan ada kemungkinan untuk Farren mengkhianatiku.'

Akan mudah untuk mendapatkan bantuan dari orang lain yang mungkin berguna di masa depan.

Kamu dapat memberikan bonus kepada orang yang telah bekerja dengan baik dan menyelesaikan masalah di toko dengan uang.

Anak laki-laki itu melihat ke arah Madenna dengan gembira dengan pandangan yang penuh pengharapan.

Madenna tidak berinvestasi pada Farren untuk mendapatkan sebuah perkenanan semacam itu.

"Aku tidak berinvestasi padamu untuk mendapatkan sebuah bantuan," Madenna berkata.

"Dengan sebuah kontrak darah, tidak akan ada kesempatan untuk pengkhianatan. Namun, jika kamu berpikir baik tentang kerjasama ini, itu akan menjadi lebih baik untuk kita berdua. Jika kita mengatakannya seperti itu, mungkin kita bisa menganggapnya sebagai ketulusan."

"Saya senang mendengarnya."

Senyum Farren yang cerah sangat indah. Fitur wajah milik Farren yang tajam berubah menjadi polos di bawah senyuman halus yang merekah.

"Saya mau mendapatkan ketulusan dari anda, nyonya.... Nyonya mempunyai banyak kekayaan, dan saya tidak bisa menunjukkan ketulusan dengan uang. Jadi, sebagai gantinya, Saya akan melakukan yang terbaik untuk melayani anda. Dengan segala cara."

"...Aku paham."

Meskipun dengan perkataan Farren yang tulus, Madenna tetap saja tidak bisa membuka hatinya. Luka pengkhianatan sudah tertanam terlalu dalam untuk disembuhkan dengan kata-kata sederhana.

Farren hanyalah cara baginya untuk bertahan hidup.

Tetapi setiap kali dia mendengar ketulusan seseorang, Madenna tidak dapat menghentikan hatinya yang menjadi lembut.

"Nyonya, semuanya sudah dibereskan. Saya akan menunjukkan anda beberapa pakaian lainnya."

Kemudian sang manajer datang.

Madenna bangkit dari tempat duduknya, mengesampingkan pikirannya yang rumit.

Farren menghampiri dan meraih tangannya.

Madenna hanya bisa berharap bahwa kehangatan anak itu bukan merupakan tipuan lain.

* * *

Setelah belanja besar-besaran, Madenna dan Farren kembali ke mansion di sore hari.

Kepala pelayan wanita, yang menyapa mereka berdua di aula, membungkuk dengan sopan ketika mereka tiba.

"Nona, nyonya sudah kembali," dia melaporkan.

"Ibu?"

Madenna melebarkan matanya atas kedatangan ibunya yang tidak terduga.

Pada saat dia kembali ke masa lalu, ibunya sedang dalam perjalanan bisnis.

Madenna terkejut akan kedatangannya karena dia mendengar bahwa beliau baru akan kembali dalam dua minggu.

'Apakah beliau kembali secepat ini ketika kita setuju untuk mensponsori Suzanne sebelum Madenna kembali? Itu sudah lama sekali, sehingga aku tidak bisa mengingatnya.'

"Beliau mengatakan bahwa dia kembali sedikit lebih awal karena beberapa komplikasi."

"Beliau seharusnya mengirim surat terlebih dahulu..."

"Saya pikir nyonya ingin memberi anda kejutan."

"Sama seperti biasanya yang aku lihat..."

Madenna merasakan adanya gumpalan di tenggorokannya ketika dia mengatakan hal itu.

Sebelum dia kembali ke masa lalu, ibunya meninggal karena penyakit yang tidak diketahui.

Madenna sibuk mengurus masalah panti asuhan setelah ia kembali, tetapi bertemu kembali dengan ibunya lagi terasa aneh.

"Beliau meminta untuk makan malam bersama dengan anak laki-laki yang anda sponsori. Kami akan melayani anda segera setelah anda siap."

"Baiklah. Terima kasih."

Madenna melirik ke Farren yang ada di sebelahnya.

Farren tampak gugup untuk bertemu dengan sang Countess.

"Tidak apa-apa. Kamu tenang saja."

"Nyonya, saya merasa bahwa sang Countess tidak akan menyukai saya sebagai anak didik anda. Saya adalah seorang penyihir."

Madenna tidak tahu bahwa Farren memiliki kekhawatiran seperti itu.

"Meskipun beliau merupakan wanita yang tegas, beliau adil. Beliau tidak akan memperlakukan kamu dengan prasangka buruk."

"Okay. Saya akan berusaha menunjukkan kepada beliau ketulusan saya dan membuat beliau berpikir positif tentang saya."

Madenna hanya bisa tersenyum dengan senang atas usaha Farren untuk menerapkan cerita yang diceritakannya tadi.

'Yah, selain merupakan seorang penyihir. Bagaimana jika Ibu tidak menyukai Farren dan menyuruhku untuk segera menyingkirkan Farren. Apakah tidak apa-apa untuk membiarkan beliau bertemu dengan Farren?'

Berusaha untuk mengabaikan kekhawatirannya, Madenna mengganti pakaiannya dan pergi bersiap-siap untuk makan malam.

 


* * *

 

Makan malam diadakan di rumah kaca.

Ketika Madenna dan Farren tiba di rumah kaca, Luciola Rodenherg, sang Countess, sudah duduk.

Sudah kurang dari satu abad sejak wanita diizinkan untuk memegang gelar di kekaisaran Alleo.

Meskipun kurang umum sekarang, masih ada kecenderungan untuk memandang rendah wanita yang memegang gelar.

Kebanyakan dari mereka tidak dianggap serius. Banyak orang menganggapnya sebagai gelar kosong, dan pada kenyataannya, ada banyak kasus dimana suami adalah orang yang memegang kekuasaan.

Tetapi Luciola Rodenherg berbeda.

Dia telah hidup sebagai Countess, bahkan setelah kehilangan suaminya dan menolak untuk menikah lagi tidak lama setelah Madenna lahir.

Dia dikritik dan dicemooh, tetapi cemoohan tersebut tidak merubah fakta bahwa beliau adalah seorang Countess, juga seorang pelopor dalam bisnis.

Itu juga merupakan pencapaian Luciola yang membuat keluarga Rodenherg menjadi salah satu keluarga terkaya di kerajaan.

Wajah Luciola, meskipun sudah lanjut usia, masih memancarkan aura bermartabat yang telah terkumpul melalui pengalaman yang tidak terhitung banyaknya yang telah beliau hadapi selama 40 tahun. 

Mengenakan gaun elegan berwarna hijau dengan rambut berwarna merah muda yang indah, beliau mirip dengan Madenna yang lebih tua.

"Sudah lama, Ibu."

"Iya, sudah lama."

Madenna merasa nostalgia saat melihat ibunya yang sehat.

'...sebelum kembali ke masa lalu, aku tidak bisa menemukan penyebab dari penyakit ibu. Kali ini, aku harus menginvestasikan lebih banyak sumber daya di sektor medis dan menemukan obat untuk ibuku.'

Madenna membungkuk kepada ibunya, mengangkat ujung gaunnya.

"Iya, lama tidak berjumpa, Madenna. Apakah dia anak laki-laki yang kamu telah putuskan untuk mensponsori?"

Ibunya memang selalu jujur dengan perkataannya. Beliau tidak pernah bisa berbasa-basi.

Madenna merasa bahagia melihat ibunya.

"Iya, saya membeli dirinya beberapa waktu yang lalu. Farren, ucapkan salam."

"Halo, senang bertemu dengan anda. Nama saya Farren."

Farren membungkuk dengan sopan - dia belum mengambil pelajaran tata krama, dan sikapnya jauh dari sempurna, tetapi ibunya tetap membalas salam dari Farren.

"Senang bertemu denganmu. Aku Luciola Rodenherg. Silahkan duduk."

Sewaktu Madenna dan Farren duduk, para pelayan langsung membawa teh dan hidangan pembuka untuk dinikmati sambil menunggu untuk hidangan utama.

Farren ragu untuk sejenak, kemudian mengumpulkan keberanian untuk mengangkat kepalanya, dan berkata pada Luciola,

"Countess, saya belum belajar apa pun, jadi saya tidak mengetahui tata krama meja. Jika perilaku saya tidak sopan, tolong beritahu saya."

Luciola melebarkan matanya dan tersenyum saat dia melihat Farren.

"Tidak apa-apa. Mereka yang sadar atas ketidaktahuan mereka dan dengan aktif memperbaiki dirinya sendiri memiliki ruang yang besar untuk perkembangan. Tidak ada alasan untuk memarahi orang seperti itu."

"Terima kasih untuk perkataan baik anda."

'Sepertinya kesan pertama ibu tentang Farren baik.'

Madenna menepuk dadanya dengan lega kemudian dia merasakan suatu keganjilan.

'Seperti apakah sebelum aku kembali? Apakah ibu mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan Suzanne seperti ini?'

Luciola adalah wanita yang sangat sibuk, dan beliau jarang bertemu dengan Suzanne.

Dalam ingatan Madenna, tidak pernah ada percakapan antara keduanya.

'Aku rasa tidak ada kejadian seperti ini di kehidupanku sebelumnya. Apakah ada yang berubah akibat campur tanganku?'

Saat Madenna larut dalam pikirannya, Luciola memanggilnya.

Comments

Popular Posts