JPSPU Bab 7

 Translator: Nadnad

Editor: Nox




"Itu hanya desas-desus semata. Tidakkah anda menganalisa berita yang anda dapatkan terlebih dahulu, terutama saat anda bekerja dalam bidang bisnis?"

"Yah, jika pangeran mahkota waras, dia tidak akan mungkin memilih pewaris Rodenherg untuk menjadi pasangan pernikahannya, bukan? Hahaha!" Cavan tertawa mencemooh.

Cavan berusaha untuk membuat Madenna marah dengan mengkritik rumor-rumor yang beredar tentangnya.

'Kita baru bertemu lagi setelah sekian lama, tapi beginilah cara dia memperlakukan aku. Dia memang tidak tahu sopan-santun.'

Kemungkinan besar Cavan datang ke sini dengan sengaja hanya untuk bertemu dengan Madenna.

'Pertemuan ini tidak mungkin sebatas kebetulan saja,' pikir Madenna.

Dia pasti sengaja datang ke sini untuk memulai pertengkaran setelah mendapatkan berita bahwa Madenna sedang berada di Jalan Artisan.

Ketika Madenna sedang memikirkan cara menyingkirkan laki-laki lancang didepannya, tatapan Cavan beralih ke Farren.

"Hmm...? Sejak kapan ada bocah seperti dia dalam keluarga Rodenherg?"

Meskipun Cavan mengejek dia, Farren tetap membisu.

Farren jelas terlihat kesal pada kata-katanya namun dia mencoba yang terbaik untuk mengabaikan omong-kosongnya. Dia takut tindakannya dapat menodai nama keluarga Rodenherg.

'Kamu telah melakukan hal yang benar, Farren! Sia-sia berdebat dengan orang yang seperti dia,' puji Madenna dalam hatinya.

"Dia adalah anak yang aku sponsori," Madenna menjawab.

"Sponsor...? Talenta apa yang dia miliki? Apakah kesenian atau akademis?"

"Bukan..." Madenna menjawab dengan tenang. "Sihir."

Sesaat setelah mendengar jawaban Madenna, Cavan tertawa terbahak-bahak.

Suara tawa nya yang berlebihan menggelegar dalam ruangan. Dia bahkan tanpa sengaja menjatuhkan sebuah patung dan menyebabkan beberapa gantungan baju di sampingnya ikut terjatuh

"Hahahaha! Aku lebih baik mensponsori seorang badut daripada seorang penyihir! Apa kau sudah gila, nona kecil Rodenherg?" Cavan terkekeh, "Oh! Hal ini akan menjadi gosip yang seru dalam perkumpulan sosial aristokrat!"

Cavan menyindir Madenna tanpa habis. Ekspresinya penuh dengan penghinaan dan rasa jijik.

'...Seperti yang kuduga.'

Madenna menatap Cavan dengan ekspresi yang kosong.

Dia sudah akrab dengan bangsawan yang menjelek-jelekkannya di kehidupan lalunya.

Mereka selalu menyebarkan rumor bahwa dia seorang yang bodoh dan dungu, karena menurut mereka mendukung seorang penyihir merupakan hal yang hanya akan dilakukan oleh orang sinting.

Namun, pada waktu itu, penampilan Suzanne yang sempurna di kalangan masyarakat tinggi membantunya memperoleh kembali reputasinya.

Karena alih-alih berfokus ke identitasnya sebagai penyihir, orang-orang menganggapnya sebagai gadis miskin yang berhasil meningkatkan statusnya menjadi seorang wanita bangsawan.

Tentu saja, Madenna akan melakukan hal sama pada Farren. Dia akan menginvestasikan dana yang lebih dari cukup untuk pendidikannya sehingga dia dapat tumbuh menjadi penyihir yang hebat.

Namun, Madenna tidak akan mengungkapkan rencananya kepada Cavan dulu. Dia tidak mau menjelaskan kepadanya mengapa dia memilih Farren karena itu adalah bagian dari strateginya. Yang perlu diketahui Cavan hanyalah identitas Farren sebagai penyihir, bukan rencana Madenna baginya.

Madenna hanya memberikan Cavan senyum kecil sebelum dia membuka kipas di tangannya.

"Tujuan dari seorang patron adalah untuk membesarkan anak didik untuk membuktikan nilai mereka di masa depan, aku melihat masa depan yang cerah bagi anak ini. Karena itu aku memilihnya sebagai anak didikku. Apa ada yang salah dengan penilaianku?"

"Ha, masalahnya adalah keputusanmu untuk memilih seorang penyihir sebagai anak didik. Kurasa sebentar lagi bisnis milik keluarga Rodenherg akan jatuh dalam tanganmu."

"Saya bilang di masa depan."

Madenna memicingkan matanya.

"Saya c tahu bahwa penyihir dianggap tidak berarti di saat ini. Tetapi bagaimana dengan di masa depan?"

"Apa maksudmu?" Cavan bertanya, bingung.

"Saya percaya bahwa dalam waktu dekat, penyihir akan diakui oleh semua orang."

"Omong kosong!" Cavan membantah dengan gertakan gigi.

Dia mengabaikan perkataan Madenna seolah-olah kata-kata hanya lanturan orang gila.

"Penyihir hanyalah sampah! Jika mereka sama berharganya seperti apa yang kau buat, mengapa mereka belum merebut kursi kekaisaran?"

"Ha! Anda mengatakan hal-hal yang menarik."

Madenna mengarahkan matanya kepada Farren, yang tengah mengenakan jaket sutra.

Dia meraih tangan Farren lalu mengangkatnya, dan berkata, "Lapisan dari jaket ini terbuat dari sutra. Bahan yang lembut dan mengkilap, sehingga baru-baru ini digunakan untuk pakaian mewah."

"Apa hubungannya dengan itu?"

"Apakah anda mengetahui bagaimana kain sutra dibuat?"

"Dan untuk apa aku mengetahui informasi yang tidak berguna itu?"

"Hoo-hoo, saya pikir anda akan tahu, tapi kurasa tidak. Sutra terbuat dari ulat sutra di daun mulberry. Saat ulat-ulat tersebut mulai metamorfosis menjadi pupa di dalam kepompong mereka. Kepompong mereka akan dilarutkan dalam air mendidih agar serat-serat panjang dapat dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam mesin pemintal."

Cavan melipat lengannya dengan wajah yang bingung, sepertinya otaknya yang kecil tidak dapat memahami maksud perumpamaan Madenna.

Madenna melanjutkan, "Ulat sutra telah lama dikenal sebagai hama. Sampai seseorang menemukan kain sutra. Dianggap sebagai sampah yang tidak berguna, tapi sekarang, keberadaan mereka sangat berharga."

"Jadi apa yang kau coba katakan? Bahwa penyihir akan dihargai suatu hari, sama seperti ulat sutra? Kau ingin aku percaya pada omong-kosong itu?"

"Ya,” bantah Madenna, dengan senyum, "Sutra itu mahal untuk dibuat, terlebih lagi jika dibuat secara massal. Untuk mengumpulkan dana yang cukup, sang penemu bahkan harus meminta seorang keluarga kaya untuk berinvestasi dalam proyeknya."

"Tetapi, ya ampun..." suaranya semakin kecil dan akhirnya berhenti. "Keluarga itu menolak tawarannya tanpa memberikan dirinya sebuah kesempatan," Madenna berkata dengan ekspresi yang sedih.

".....?"

"Count Cavan Tassio, itu adalah keluargamu."

Ekspresi Cavan berubah secepat kilat.

"Itulah mengapa kamu tidak mengetahui bagaimana sutra dibuat. Haha, betapa menyedihkan. Keluargamu tidak menyadari sebuah kesempatan emas datang ke kaki mereka dan malah membuangnya."

Cavan terdiam. Matanya menatap mata biru cerah Madenna, hatinya terbakar dengan amarah mendengar perkataan wanita dihadapannya.

"Kau wanita jalang..." desisnya.

Madenna menghapus senyumnya dan berbicara dengan nada tegas, "Tolong jangan berkata kasar, Tuan Tassio. Saya mungkin belum mewarisi gelar milik saya, tetapi saya akan mewarisinya. Di hari saya menjadi Countess, anda tidak akan mempunyai pilihan selain membungkam mulut kotor anda."

"Berani-beraninya kau-!"

"Yah, ibu saya mungkin menolak lamaran pernikahan dari anda karena visi keluarga anda yang buruk. Kini saya bisa mengerti mengapa dia melakukan itu," Madenna menuangkan garam ke atas lukanya.

"...tutup mulutmu!"

"Oh, benar! Karena keluarga anda tidak menerima tawaran sutra, dia datang ke keluarga saya dan kami dengan senang hati menerimanya! Berkat mereka, kami telah memperoleh kekayaan dan mengumpulkan kekayaan cukup bagi kami untuk hidup dengan mewah selama sisa hidup kami!"

Kemarahan Cavan telah sampai pada puncaknya, perkataan Madenna yang terang-terangan itu menusuk tepat ke dalam hatinya. Amarahnya pun akhirnya meledak.

Dia tidak akan melupakan bagaimana Madenna telah mempermalukan dirinya hari ini.

Setelah dia menyerbu keluar dari toko seperti penjahat kelas teri, senyum lebar terlukis di atas wajah Madenna saat dia mengibarkan kipasnya.

'Dia pasti akan kembali untuk balas dendam. Namun, aku tidak peduli.'

Madenna masih ingat saat dia berselisih sesekali dengan Cavan di kehidupan sebelumnya.

Dia adalah pria yang sama keras kepalanya seperti seekor keledai.

Ada kemungkinan besar bahwa insiden ini akan menyebabkan Cavan menaruh dendam seumur hidup padanya, tetapi Madenna memilih untuk tidak mengkhawatirkan hal tersebut.

Kerena Madenna telah mengalami hal yang jauh lebih buruk.

'Demi Tuhan, aku telah dieksekusi di dengan guolitine!'

Jika dibandingkan, serangan Cavan akan sama seperti gigitan seekor nyamuk.

Tiba-tiba, dia merasakan sesuatu menggeliat di tangannya.

Hanya kemudian dia menyadari bahwa dia masih menggenggam tangan Farren.

"Oh! Aku minta maaf. Apa tanganmu terasa sakit?"

"Tidak..."

Farren menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca.

"Apa kamu merasa kasihan padanya? Jangan khawatir. Dia mendapatkan apa yang pantas dia dapatkan."

"Bukan seperti itu... Saya hanya kesal pada ucapannya tentang penyihir."

"Ya, semua bangsawan sama seperti itu... Mereka tidak memiliki martabat, tidak seperti yang dibayangkan oleh khalayak banyak."

Karena kekayaan dan kekuatan mereka, kaum bangsawan menjadi angkuh dan hanya mementingkan diri mereka sendiri.

"...saya ingin cepat dewasa. Saya tidak mau menjadi anak yang menyusahkan anda dan hanya bisa diam saja," katanya dengan muram.

"Jangan terlalu dipikirkan. Waktu akan berjalan dengan cepat," senyum Madenna. "Selain itu, kamu masih umur 12 tahun. Kamu seharusnya menikmati masa kecilmu selagi masih berlangsung."

"Aku, juga, masih belum tumbuh menjadi orang dewasa yang baik." Madenna tersenyum pahit.

Tubuhnya sama seperti umur 17 tahun, tapi sebenarnya, dia telah hidup dua kali sebelumnya. 

"Tapi aku masih lebih dewasa darimu," Madenna tertawa kecil.

"...perjalanan saya masih panjang," rajuk Farren.

"Iya, masih panjang."

"..."

Anak-anak biasanya mengatakan hal-hal seperti "Aku ingin cepat tumbuh dewasa," atau, "Aku mau menjadi orang dewasa." Jadi Madenna tidak berpikir panjang tentang perkataannya.

"Aku akan membayar untuk kerusakan ini," Madenna berkata sembari memanggil sang manajer toko.

"Aku benar-benar minta maaf atas ketidaknyamanan yang disebabkan oleh Tuan Tassio. Kamu dapat menagihkan produk yang dirusaknya padaku."

"Anda tidak perlu melakukan itu, nona!"

"Tidak, Count Tassio tidak akan pernah mengganti rugi untuk kerusakan yang ditimbulkannya. Jika kamu menuntutnya, itu hanya akan sia-sia. Tokomu merupakan aset berharga bagi keluarga Rodenherg, jadi tolong setidaknya biarkan aku melakukan ini."

"Kalau begitu... saya akan memberi diskon untuk barang-barang yang anda beli hari ini. Saya rasa tidak terdapat terlalu banyak kerusakan pada barang-barang yang disentuh oleh Count Tassio. Apakah anda ingin kami untuk mengirimkan barang-barang ini ke Mansion Rodenherg?"

"Ah, tidak, tidak apa-apa. Tidak menyenangkan untuk memiliki barang-barang yang telah disentuhnya. Sumbangkan saja sebagai amal, anak-anak di panti asuhan mungkin akan mendapati hal-hal tersebut berguna."

"Saya mengerti," sang manajer membungkuk hormat dan memanggil karyawannya untuk membersihkan kekacauan yang disebabkan Tassio.

Sedangkan anggota staf lain memandu Madenna dan Farren ke salon VIP.

"Tolong tunggu di sini sampai semuanya sudah dibersihkan," kata staf itu.

Farren bergumam, "Nona harus mengganti rugi untuk orang yang tidak sopan."

Kebencian terdengar jelas dalam perkataannya. Farren membenci sang Count.

Melihat ekspresinya yang rumit, Madenna menenangkannya.

Dia menggelengkan kepalanya, berkata, "Membayar untuk kerusakan Count Tassio mungkin terasa menjengkelkan, namun apa yang aku lakukan tadi tidak lebih dari sebuah investasi," katanya sambil memegang cangkir tehnya.

Farren kebingungan.

"Investasi...?"

Comments

Popular Posts