JPSPU Bab 15

 

Translator : nadnad
Editor : Nox






Kehangatan musim semi saat Madenna membawa Farren ke masionnya sudah berubah menjadi musim dingin.

Duduk di tengah kantornya yang nyaman, terlindungi dari cuaca yang dingin, Madenna membuka amplop hijau sambil menikmati secangkir teh hitam.

Di dalam amplop terdapat dua laporan rutin dari Stained Ravens.

Nama Suzanne tertulis di salah satu dokumennya. Sekitar setengah tahun sudah berlalu sejak Count Tassio mensponsori Suzanne, sejak itu dia sudah tinggal bersama Count.

Suzanne sepertinya sudah memonopoli kasih sayang sang Countess sama seperti yang dia lakukan pada Cavan, bersikap seolah-olah dia adalah anak mereka.

Cavan juga menyayangi Suzanne, tidak menggunakan uang untuk perlindungannya demi Suzanne.

Juga, seperti yang Madenna duga, dia mulai belajar sihir, jelas marah karena insiden yang sebelumnya terjadi dengan Farren.

Tapi tidak ada yang menonjol meskipun sudah mengawasinya selama setengah tahun.

Hal yang sama berlaku untuk laporan hari ini.

'...dia masih belum melakukan sesuatu yang patut dibanggakan?'

Kekhawatiran terbesar Madenna adalah tempat yang Suzanne kunjungi dan orang-orang yang dia temui.

Sejauh ini, sepertinya tidak ada yang perlu diwaspadai.

'Aku tidak boleh lengah. Aku harus mengingatkan mereka untuk mengawasi setiap hal kecil.'

Madenna mengamati laporan itu beberapa kali, sebelum berpindah ke halaman berikutnya.

「Laporan aktivitas Lucas Sein」

Sebuah senyuman kecil menghiasi bibir Madenna saat dia membaca judul laporan tersebut.

'Waktunya telah tiba.'

Madenna merasa senang, akhirnya mendapatkan laporan yang sudah ditunggunya.

Di novel aslinya, tiga dari sekutu Suzanne menonjol di jalannya menuju tahta.

Sage, Sein.

Peneliti mistis, Fosha.

Diplomat, Bellin.

Mereka adalah bakat yang paling menjanjikan di bidangnya masing-masing, memberikan kontribusi yang besar terhadap runtuhnya kekaisaran dan pembentukan negara baru.

'Tentu saja, aku akan mengubah mereka menjadi pendukung Farren kali ini.'

Tidak seperti Fosha dan Bellin, yang merupakan rakyat biasa dan merepotkan untuk dicari, informasi tentang Sein, aristokrat yang jatuh, dapat ditemukan dengan cepat.

Setelah itu, Madenna dapat melihat situasi mereka dan masuk di waktu yang tepat untuk merekrut mereka.

'Aku rasa tidak akan mudah untuk merekrut Sein, berdasarkan pada pengetahuanku tentang novelnya. Lagi pula, novelnya bahkan tidak dapat dipercaya karena sudah mengabaikan kepribadian Suzanne yang sebenarnya, sehingga akan lebih sulit dari yang kubayangkan.'

Namun, alasan Madenna memutuskan untuk mencari mereka bertiga adalah Farren.

Madenna telah menghitung bahwa dengan bantuan mereka bertiga, meskipun mereka memiliki masalah seperti Suzanne, Farren akan dapat mengalahkan mereka.

'Dengan kontrak darah, aku bisa sepenuhnya mempercayai Farren, dan punya keamanan dalam rencanaku untuk masa depan.'

Madenna berdiri setelah membaca ulang laporan tentang Sein satu kali lagi.

Sudah waktunya untuk bertemu dengan Farren.

***


Setelah melewati koridor yang panjang dan berjalan melewati halaman, bangunan yang terpisah itu mulai terlihat.

Daerah itu awalnya kosong karena tidak ada yang menggunakannya, namun sekarang sudah diubah menjadi tempat latihan sihir dan ilmu bela diri untuk Farren.

Madenna dapat mendengar gema ledakan di luar gedung. Dia juga merasakan sedikit shock setelah ledakan tersebut.

Kekuatan Farren meningkat secara signifikan dari setengah tahun yang lalu, ketika dia baru saja memulai latihannya.

Ketika Madenna membuka pintu menuju ruang rahasia dan masuk ke dalam, Luhan, instruktur sihir Farren, berhenti dan langsung membungkuk dengan sopan.

Madenna memberinya senyum yang ramah, memberitahukan bahwa dia tidak perlu bersikap terlalu sopan.

Di dalam pelindung magis, bola sinar berwarna merah dan biru memantul ke segala arah.

Cahayanya menyilaukan, sangat cepat, seolah-olah akan menghantam mereka jika mereka sedikit ceroboh.

Itu cukup kuat untuk menghasilkan suara yang keras setiap kali bersentuhan dengan pelindung yang ada atau permukaan padat.

Berbeda dengan kecepatan cahayanya, Farren dengan santai menghindar kapanpun cahaya itu datang ke arahnya.

Ketika dia tidak bisa menghindar, dia menggunakan mantra kecil untuk membelokkan cahaya sebelum itu memukulnya.

Perlahan, jumlah dari bola cahaya meningkat, sehingga lebih sulit itu menghindar.

"Bagaimana dengan latihannya?" Madenna bertanya pada Luhan.

"...terus terang, sangat sedikit yang bisa saya ajarkan padanya," jawabnya dengan hati-hati.

"Benarkah begitu?"

"Iya, dia jenius...tidak, lebih tepatnya dia adalah monster."

Instruktur sihir Farren, Luhan, lahir ke dalam keluarga rakyat jelata yang kaya raya, dan dia cukup beruntung untuk dibesarkan oleh orang tua yang mendukungnya sebagai seorang penyihir.

Dikarenakan bakatnya pada bidang sihir, dia menghabiskan seluruh hidupnya terlibat dalam penelitian sihir.

Dia sendirian mempelopori bidang sihir di masa ini, meskipun banyak yang mengejek dirinya.

Sangat sulit dibayangkan seberapa banyak bakat yang dimiliki oleh Farren jika seseorang seperti Luhan memujinya sampai sejauh itu.

"Meskipun dia memiliki bakat yang luar biasa, dia masih anak-anak. Saya harap anda dapat membimbingnya dengan baik."

"Iya, tentu saja. Merupakan suatu kehormatan besar untuk mengangkat Farren sebagai anak didikku."

Latihan Farren berhenti setelah being overwhelmed karena ratusan bola cahaya.

Tepuk tangan terdengar dari belakang Farren, yang basah kuyup karena keringat.

"Ah… Countess!"

Saat dia menoleh ke belakang dan memastikan bahwa itu adalah Madenna, rasa lelahnya menguap dan ekspresinya menjadi cerah.

Farren dengan cepat memecahkan pelindung yang ada dan berlari ke arah Madenna.

"Oh, bagaimana dengan guru Luhan?"

"Dia bilang kamu bisa berhenti untuk hari ini dan beristirahat. Mandilah dan ganti pakaianmu. Mari kita minum teh setelahnya."

"Iya!"

***


Tidak seperti hawa dingin di luar, rumah kaca sangat hangat dan nyaman, tidak tersentuh oleh perubahan musim.

Meja marbel putih dan kursi diletakkan di tengah rumah kaca, dikelilingi oleh anemon dan bunga lili zephyr.

Para pelayan menuangkan teh sebelum meletakkan pot di atas meja dan pergi dari rumah kaca, memberikan keduanya ruang untuk berbicara dengan nyaman.

Setelah pergi meninggalkan area latihan, Farren pergi untuk membawa chestnut pureé sebagai hidangan penutup, meletakkannya ke piring Madenna dengan anggun.

"Aku dengar kamu sangat sukses dalam pelajaran-pelajaranmu, Farren. Bukan hanya Luhan saja, para guru yang mengajar pelajaran lainnya juga memberimu banyak pujian."

"Mereka semua baik padaku. Ada banyak bidang yang saya masih kekurangan," balas Farren dengan rendah hati.

Sudah jelas bahwa dia adalah anak jenius, dengan usaha dan bakat yang cukup berlimpah untuk membengkokkan guru yang paling keras sekalipun.

'Dia cukup hebat untuk bisa menyaingi Suzanne di novelnya.'

Masa kecil Farren di novel aslinya tidak dijelaskan dengan detail.

Tapi bisa dibayangkan kesulitan yang harus dilaluinya untuk bertahan hidup di underworld setelah meninggalkan panti asuhan.

Farren harus berjuang untuk bertahan hidup, tanpa diberikan kesempatan untuk mengembangkan bakatnya.

Di sisi lainnya, Suzanne disponsori oleh salah satu keluarga terkaya di Kekaisaran.

Tidak dapat dipungkiri bahwa ada kesenjangan di antara mereka berdua.

"Kamu harus menjaga kesehatanmu juga."

"Kamu tidak perlu khawatir. Aku sudah menjaga diriku sendiri!"

Madenna senang mendengar jawaban Farren yang tulus dan patuh.

'Aku tidak pernah memiliki anak dalam hidupku, dan Farren ada di usia yang sempurna…'

Entah mengapa, Madenna merasa seperti orang tua yang bangga.

Setelah mengobrol sebentar, mereka mendekati akhir dari acara minum teh, dan dia akhirnya sampai ke poin utamanya.

"Farren. Luhan bilang bahwa dengan kemampuanmu sekarang, tidak akan ada masalah bagimu untuk mengawalku sendiri."

"Belum lama ini, guru mengatakan bahwa masih terlalu dini bagiku untuk melindungimu sendiri. Aku senang aku bisa meningkatkan kemampuanku!"

Luhan tampaknya adalah guru yang patut dipuji, yang mengetahui batasan siswanya dan mendorong mereka untuk menjadi lebih baik.

Madenna tersenyum, mengingat kembali pujian Luhan.

"Iya, gurumu sudah memberikan izin. Mari kita pergi keluar bersama."

"Apakah kita akan pergi ke tempat yang berbahaya?"

Saat Madenna mengusulkan ide itu, ketegangan tampak jelas di raut wajah Farren.

"Mungkin. Terlalu mencolok untuk membawa pengawal selain dirimu."

"....aku mengerti. Aku akan melindungimu, Madenna."

"Iya, aku percaya padamu."

Farren tersenyum gembira karena Madenna percaya padanya.

Sudah lumayan lama sejak Farren mulai belajar sihir dengan sungguh-sungguh, itulah mengapa dia sangat bersemangat untuk tugas pertamanya.

Setelah menghabiskan tehnya, Madenna bangkit dari tempat duduknya.

Farren bergegas meraih tangan Madenna setelah berdiri.

Ketika Madenna menggenggam tangan Farren seperti biasanya, dia terlihat tidak puas.

"Ada apa?"

"Pendamping...aku ingin mendampingimu."

Farren yang malu sangat lucu sehingga Madenna tanpa sadar tertawa.

Mungkin dia belajar untuk mendampingi di kelas etiket.

"Karena kamu masih pendek, kita tidak bisa melingkarkan tangan kita dengan baik...oh, ngomong-ngomong, kamu sudah bertambah tinggi, bukan?"

Madenna teringat saat dia pertama kali bertemu dengan Farren di panti asuhan.

Farren sedikit lebih pendek dari anak seumurannya karena kekurangan gizi.

Seperti yang dia ingat, tinggi Farren hanya sekitar dadanya, tapi sekarang kepala Farren sudah mencapai bahunya.

"Iya, tapi aku masih jauh dari tujuanku. Aku akan bertumbuh lebih lagi."

"Kamu harus sabar. Saat kamu dewasa, kamu pasti akan sangat tinggi."

Tangan Farren jauh lebih besar dari yang dia bayangkan, dan hal itu membawa kenyamanan.

'Seiring waktu berjalan, tidak akan lama sebelum anak ini bertumbuh menjadi orang dewasa.'

Madenna membayangkan anak laki-laki ini bertumbuh menjadi pemuda tampan yang dia temui sebelum kembali ke masa lalu.

Tapi ide itu terasa tidak nyata, seperti kejadian yang akan terjadi jauh di masa depan.

"...saat aku dewasa, aku akan menjadi pendampingmu kan?"

"Haha, tentu saja. Aku yakin kamu akan memiliki kesempatan untuk mendampingi gadis-gadis lainnya juga."

"Yang lainnya tidak apa-apa, tapi aku harap hari dimana aku bisa mendampingimu datang secepat mungkin."

Genggaman tangan Madenna menjadi kaku.

'Meskipun kamu mengatakan ini, kamu akan jatuh cinta dengan gadis cantik saat kamu dewasa dan dia akan menjadi ratumu.'

Tapi ini masih di masa depan.

"Aku akan menunggu hari dimana kamu menjadi pendampingku."

"Iya!" Farren menjawab dengan penuh semangat ketika pipinya memerah, menciptakan pemandangan yang lovely. Tangan Madenna tanpa sadar bergerak ke pipi Farren, dan dia mengelus pipinya dengan lembut.

Ekspresi Farren langsung berubah menjadi murung, dia tampaknya tidak senang diperlakukan seperti anak kecil.

Farren menggenggam tangan Madenna lebih erat lagi. Genggamannya terang-terangan menunjukan keterikatan dan obsesi, namun Madenna tidak menyadari hal tersebut.

Comments

Popular Posts