JPSPU Bab 11

 

Translator: nadnad
Editor: Nox


Madenna menggelengkan kepalanya, "Tidak, hanya terasa sedikit aneh saja. Meskipun memang itu perbuatan seorang penyihir, tidak ada gunanya karena sekarang kita tidak tahu siapa pelakunya."

"Jika seperti itu, anda tidak perlu khawatir. Karena dia meninggalkan jejak sihirnya, saya mungkin bisa menemukan dia selama saya mengingat jejak sihirnya."

"Apa maksudmu?"

"Setiap penyihir meninggalkan pola yang unik dalam sihir mereka, mirip dengan sidik jari. Meskipun sebagian besar dari jejaknya telah dihapus, jika sang penyihir menggunakan sihir lagi, saya akan bisa mengenali mereka." 

"Aku mengerti. Jika seperti itu, apakah kamu bisa mengawasi dia? Jika penyihir keji yang menghancurkan jembatan benar-benar ada, dia pasti tidak akan ragu untuk mencelakai kita lagi di masa depan."

"Baiklah kalau begitu, nona." Farren segera menjawab.

Farren menegakkan punggungnya dan membacakan mantra baru.

Sepertinya dia sedang mengamati sisa dari jejak sihir yang ada.

Madenna membalik badannya sambil berharap dalam diam agar perasaan tidak menyenangkan itu untuk hilang.

Farren telah menyelesaikan tugasnya, mulai dari sekarang, merupakan waktu Madenna untuk menyelesaikan kesepakatannya.

* * *



Beberapa jam kemudian, barang dagangan tiba di urutan kereta kuda yang sesuai seperti yang direncanakan.

Madenna menemui para penunggang kuda di depan jembatan

"Nona, anda mau kami untuk menyebrangi jembatannya?"

Para penunggang kuda melihat ke arah ujung jembatan magis dengan ekspresi kebingungan.

Jembatannya, yang terbuat dari air yang dikeraskan, terlihat sedikit menakutkan pada pandangan pertama. Bahannya yang transparan itu tampak seperti terbuat dari kaca yang rapuh.

"Iya, aku bisa menjamin bahwa tidak ada masalah dengan jembatannya. Kamu bisa menyebrangi sungai menggunakan jembatan seperti biasanya, dan tiba di kota Retti Shire."

"Tapi... jembatan itu terbuat dari apa? Saya rasa itu bukan kaca. Saya tidak pernah melihat maupun mendengar tentang bahan ini."

"Iya, bisa dipahami bahwa kamu belum pernah melihatnya, karena itu terbuat dari sihir."

Segera setelah para kusir mendengar penjelasan Madenna, a murmur menyebar di antara mereka. Bisikan mereka cukup rendah hingga Madenna tidak bisa mendengarnya, tetapi beberapa masih terdengar olehnya. "Apakah majikan kita sudah gila?" salah satu dari kusir membisikkan kepada temannya.

Kepala kusir berbicara kepada Madenna dengan setengah hati, "Nona, itu mustahil untuk menciptakan jembatan dengan sihir agar kami dapat menyebrang."

"Kamu tidak perlu khawatir soal itu. Aku sudah berjalan bolak-balik tanpa masalah."

"Yah...orang-orang mungkin dapat melewatinya, tapi saya pikir jembatan itu tidak akan mampu menahan beban gerobak!"

Dari belakang mereka, teriakan protes mengikuti satu demi satu. 

"Itu benar!"

"Siapa yang akan bertanggung jawab jika kita terjatuh ke sungai dan meninggal?"

Ketakutan telah menguasai para kusir. Tampaknya dalam benak mereka, satu-satunya hasil jika mereka berusaha untuk melewati jembatan adalah kematian.

Jika seperti ini, tidak peduli seberapa banyak uang yang dihabiskan oleh Madenna, semuanya akan sia-sia karena mereka tidak punya nyali untuk mengendari kereta menyeberangi jembatan.

"Baiklah jika begitu, kamu di sana. Berikan aku cambuk itu."

"Maaf?"

"Jika aku melakukannya sendiri, apakah kamu akan menyebrangi jembatannya?"

"Tidak, nona! Itu terlalu berbahaya!"

"Keyakinan seperti itulah yang membuatku ingin membuktikan bahwa jembatan itu sangat aman," Madenna mengambil cambuk dari tangan kusir sementara Madenna mengabaikan protesnya.

Ketika Madenna berganti ke sepasang sepatu lain dan naik ke tempat duduk penunggang kuda, Farren yang panik datang berlari ke arahnya.

"No-nona! Apakah anda tahu cara mengendari kereta kuda?"

"Aku tahu cara untuk menangani kuda, jadi aku yakin ini akan berhasil entah bagaimana."

"Jembatannya memang kuat, tapi jika kudanya tidak patuh..."

"Semuanya akan baik-baik saja."

Madenna memegang kendali dengan erat dan langsung menuju ke jembatan.

"Kuda adalah makhluk yang sensitif dan cerdas. Mereka bisa mengetahui bahaya di jalan yang mereka tempuh. Selama aku tidak merasa takut, kudaku juga tidak akan merasakannya."

"Kalau begitu saya akan ikut dengan anda! Jika sesuatu terjadi, saya bisa mencegahnya dengan sihir."

Madenna ingin menolak tawaran Farren, tapi suaranya tertahan di kerongkongannya setelah dia melihat wajah Farren yang desperate. Farren langsung duduk di kursi sebelah Madenna.

Madenna memerintahkan kuda dengan keahlian.

Kuda itu menggelengkan kepala dan merengek, jengkel karena istirahatnya diganggu, namun segera bergerak dengan patuh mengikuti perintah Madenna.

Kereta berat itu mulai ditarik dengan tarikan kuat dari kuda, roda-roda berputar mendekati jembatan.

Di titik ini semua orang menahan nafas mereka, mungkin memprediksi bahwa fondasi jembatan akan runtuh saat kuda menginjakkan kakinya.

Tidak disangka, kuda itu menggerakkan kakinya dengan cepat menyebrangi jembatan.

Bahkan terlihat seperti menyukai jalannya karena lebih mudah dilalui daripada jalan batu yang keras.

"Kamu sangat cerdas, Farren. Seperti yang kamu katakan, jembatannya memang bisa menahan berat kereta."

"...tidak. Nonalah yang terbaik. Kebanyakan orang biasanya takut untuk menaruh kepercayaan mereka pada sihir, tapi nona cukup berani untuk melakukannya."

"Di masa depan, orang selain diriku juga akan percaya pada apa yang bisa dilakukan sihir. Kamu akan membuktikannya kepada mereka."

"Jika itu berguna untuk nona, maka saya akan melakukannya."

"Baiklah."

Pada saat percakapan berakhir, kereta itu sudah menyebrangi jembatan.

Madenna menarik tali kendali saat kuda berhenti di jalurnya.

Dia mengangkat gaunnya dan melompat turun dari punggung kuda itu.

Meskipun jaraknya jauh, Madenna bisa mendengar campuran kekaguman dan takjub dari seberang sungai.

Madenna menunjuk gerobak yang tersisa dan memberikan jempol ke atas, memberi isyarat kepada mereka untuk memimpin gerobak lainnya menyebrang. Para kusir segera naik ke kereta mereka.

Ketika seseorang menyaksikan keajaiban, itu merupakan sifat mereka untuk menjadi bagian dalam keajaiban itu.

Dengan ini, Madenna dan Farren memasuki Retti Shire bersamaa dengan barang-barang Rodenherg, menyelesaikan apa yang sebelumnya tampak mustahil. 

* * *



Setelah itu, bisnis berlangsung dengan cepat.

Madenna sukses menutup kesepakatan di kota Retti Shire. Itu merupakan bisnis yang dianggap akan gagal, namun Madenna bisa mendapatkan keuntungan lebih dari yang dia perkirakan.

Selain itu, mereka juga berhenti di balai kota Retti Shire dan meninggalkan cara untuk merawat jembatan yang dibangun Farren.

Mustahil bagi penyihir lain untuk menciptakan jembatan dari air seperti Farren, tapi masih mungkin bagi mereka untuk mempertahankan jembatan melalui alat injeksi mana.

Kalkulasi Farren memprediksi bahwa jembatannya hanya akan bertahan selama satu bulan, cukup untuk bertahan sampai pembangunan jembatan yang baru selesai.

Balai kota, yang terganggu dengan insiden yang tidak diduga ini, secara resmi menyatakan rasa terima kasih mereka kepada keluarga Rodenherg.

Ketika Farren dan Madenna kembali ke ibu kota, apa yang mereka perbuat pada jembatan Retti Shire telah menyebar ke ibu kota.

Kisah itu menjadi berita utama di setiap halaman depan surat kabar.

Peristiwa itu mengejutkan kekaisaran yang menganggap sihir dan penyihir sebagai sesuatu yang tidak berguna.

Untungnya, artikel itu hanya mengungkapkan bahwa penyihir milik keluarga Rodenherg yang telah melakukannya. Identitas Farren masih tidak diketahui.

Setelah Madenna kembali ke masion, dia dibanjiri dengan reporter yang meminta wawancara, tapi Madenna menolak semuanya.

'Debut' Farren dijadwalkan setelah dia menjadi orang dewasa, karena Madenna tidak mau mengungkapkan keberadaan Farren sebelum waktunya.

"Madenna dan Farren, Aku tidak tahu bahwa perintah yang aku berikan akan menyebabkan masion ini menjadi gaduh."

Luciola memanggil mereka berdua ke kantornya dan memberikan mereka senyuman ramah dengan nada menggoda.

Farren meminta maaf, matanya menatap ke arah lantai.

"...saya minta maaf, Countess. Apakah itu menyebabkan masalah untuk anda?"

"Tidak sama sekali. Melainkan, apa yang kamu perbuat membantu nama keluarga kita dengan positif. Ada banyak transaksi yang muncul karena orang-orang penasaran dengan identitasmu."

Farren tersipu mendengar pujian yang tidak terduga. 

Madenna, yang melihat Farren, berkata, "Ibu, Farren masih muda, dan masih banyak yang harus dia pelajari. Saya ingin menyembunyikan identitas Farren sampai debut resminya."

"Iya, aku setuju. Perhatian publik mungkin hal yang baik untuk bisnis kita, tapi terkadang itu bisa menjadi racun juga. Mari kita urus ini dengan benar."

"Iya."

"Pertama-tama, kalian berdua harus beristirahat. Kalian sudah melakukannya dengan baik. Teruslah bekerja dengan baik sebagai anggota keluarga kita, Farren."

Perkataan Luciola secara tidak langsung menyatakan bahwa beliau menerima Farren sebagai anak didik mereka.

Farren tersenyum cerah dan mengangguk dengan kebahagiaan yang tak terbendung atas pengakuan dari Luciola.

"Iya, Countess!"

Madenna senang, dan merasa bangga atas prestasi Farren.

Tidak peduli apa hasil akhirnya, Madenna akan tetap mensponsori Farren, tapi dukungannya tidak sebanding dengan diakui secara resmi oleh ibunya. Sekarang hal satu-satunya yang tersisa untuk mereka selesaikan adalah kontrak darah.

Hanya dengan itu barulah Madenna bisa beristirahat dengan tenang.

Setelah itu, Madenna bisa merencanakan masa depan tanpa takut Farren mengkhianatinya.

* * *



Madenna melihat sekelilingnya yang dipenuhi dengan kabut.

Rasa frustasi menyelimuti Madenna saat kabut itu menutupi penglihatannya ketika dia mendengar sebuah suara, "Anda harus bangun, Countess."

Suara yang jelas itu datang dari seorang gadis.

Tapi ini masih pagi hari, dan Madenna pura-pura tidur karena dia tidak memberikan jawaban.

"Bangun, Countess. Anda harus bangun dan sarapan pagi."

Ketika gadis itu terus berbicara, Madenna mengedipkan matannya beberapa kali sampai sebuah ruangan mewah yang didekorasi dengan warna merah, ungu, dan perak mulai terlihat. Tanpa sepengetahuannya, Madenna merasa gelisah.

Madenna ingat bahwa dia mendekorasi kamarnya dengan warna biru dan emas – kenapa warnanya berbeda?

Tapi suara gadis itu terus berlanjut, tidak meninggalkan Madenna waktu untuk menyelidiki perasaan yang tidak wajar itu.

"Apakah anda sudah bangun?"

Memalingkan matanya ke sumber suara itu, berdiri seorang gadis yang sangat cantik. Rambutnya yang berwarna perak murni membingkai mata biru gelapnya. Madenna merasakan jantungnya berdebar saat dia melihat gadis itu. 

'Suzanne...'

Suzanne menyapa Madenna dengan senyum yang manis. "Selamat pagi. Sangat tidak biasa bagi Countess untuk tidur hingga siang hari. Maukah anda sarapan pagi dengan saya?"

Kekhawatiran dalam hatinya perlahan-lahan surut.

Ini adalah kamarnya, dan wajar bagi Suzanne untuk membangunkannya di pagi hari.

Iya, Madenna Rodenherg mensponsori Suzanne. Tidak ada yang aneh dengan keberadaan Suzanne di sini atau menjalani kehidupan sehari-hari mereka bersama.

Madenna merasakan rasa cemasnya akhirnya menghilang.

Comments

Popular Posts