JPSPU Bab 1

 Sejarah ditulis oleh sang pemenang.]


Di atas panggung dimana hidup para kriminal diakhiri, seorang wanita muda diseret ke tengah kerumunan. Teriakan massa yang antusias kontras dengan paras sang wanita yang lesu tak berdaya. Matanya sayu, gelap gulita bagaikan orang yang harapan hidupnya telah pupus. 

Perlahan suara teriakan dan caci maki membangunkan kesadaran sang wanita. Matanya yang gelap, segelap tinta, kini terlihat sebersit cahaya di dalamnya. 

Madenna, nama seorang gadis terkutuk yang menaiki tangga guillotine.*

*Catatan : Guillotine adalah sebuah alat untuk memancung seseorang yang telah divonis hukuman mati.

Dunia ini diciptakan dari buku yang ia baca di kehidupan sebelumnya. Setiap kata yang tertulis menggambarkan peristiwa yang terjadi di dunia ini. Setiap kalimatnya menciptakan sejarah dan dengan begitu, buku tersebut diceritakan menurut sudut pandang sang pemenang.

“Tahanan, Madenna Rodenherg, angkat kepalamu!”

Dia mengangkat kepalanya dengan paras lugu dan mengerjapkan matanya. Seakan sinar matahari terik yang berpendar terang membutakannya. Tanpa disadari, tangannya bergerak melindungi penglihatannya yang kabur, hanya untuk menemukan keduanya terbelenggu oleh rantai yang berat. Senyum pahit melukis wajahnya dan tangannya jatuh keatas tanah dengan pasrah.

Pandangannya berpaling kepada sang eksekutor. Pisau tajam di hadapannya merefleksikan pantulan seorang wanita yang lusuh dan kumuh. Penampilannya yang cantik telah lama hilang sejak dia menjadi seorang narapidana. 

Rambutnya yang berkilau kini terlihat kusam dan kusut. Bahkan pakaiannya compang camping dan penuh dengan lumpur. Penampilan yang anggun kini hilang entah kemana. Dia terlihat berantakan, tidak akan ada yang mengira bahwa ia adalah  putri dari keluarga Rodenherg, pria terkaya di kerajaan.

“Madenna Rodenherg, anda didakwa karena percobaan pembunuhan, pengkhianatan terhadap negara…”

Madenna menutup matanya dan membiarkan suaranya tertelan oleh angin sepoi-sepoi.

Seluruh ingatannya berputar dalam benaknya bagaikan piringan hitam yang rusak. Di ujung matanya nampak seseorang wanita cantik. Wanita itu adalah sang pemeran utama, rambut peraknya dibelai angin dan wajahnya yang cantik meneteskan air mata. Tapi Madenna tahu, semua itu hanya sandiwara belaka.

Madenna menggertakan giginya dengan penuh amarah.

“...atas kejahatannya. Dengan demikian, Madenna Rodenherg akan dijatuhkan hukuman mati.”

Dua eksekutor menopang tubuhnya yang ringkih dan menyeretnya ke bawah alat pemancung. Dia teringat masa lalunya saat ia membantu sang tokoh utama. Seorang gadis dengan senyuman yang lebar, sepasang mata yang biru, dan rambut perak. Dia terlihat seperti malaikat utusan sorga. 

‘Tapi bagaimana hal ini bisa terjadi?’

Saat Suzanne kesakitan, dia selalu berlari kepadanya dan membantunya dengan seluruh kemampuannya. Tapi justru ini yang dia dapatkan sebagai balasannya.

Sejarah ditulis oleh pemenang.

Pemenang dari cerita ini adalah sang tokoh utama. Dalam novel yang dibacanya, Suzanne digambarkan sebagai bangsawan yang baik hati dan dengan kecantikan yang tiada tandingannya. Tetapi, itu semua hanyalah topeng. Dia sebenarnya adalah manusia yang hatinya dipenuhi oleh kegelapan. Saat disudutkan, dia tidak akan ragu menyelamatkan dirinya sendiri dan membiarkan orang lain menderita. Memercayai sang tokoh utama merupakan kesalahan terbesar yang pernah Madenna lakukan.

Mereka menjambak rambutnya dan mendorong lehernya ke dalam lubang guillotine, tapi ia tidak merasakan apa-apa. Tubuhnya kini tak merasakan apa-apa selain rasa nyeri dalam dadanya atas pengkhianatan orang terdekatnya.

“Eksekusi!”

Sorak-sorai kemenangan massa memenuhi telinganya. Tenggorokan dan dadanya sudah menyentuh kayu guillotine dan yang bisa ia lakukan hanyalah memandang orang yang menusuknya dari belakang. 

Pisau penghukuman dijatuhkan. 

‘Jika saja saya diberikan kesempatan kedua, saya... ‘

Dan pada saat itu, penglihatannya berubah gelap gulita.. 

 

* * *


 

“...Ahhhh!”

Ia terbangun dengan keringat dingin di sekujur tubuhnya.

Madenna berusaha mengamati sekitarnya dengan penuh kebingungan.

Dia menemukan dirinya di dalam kamar berdinding emas dengan jendela yang ditutupi dengan kain sutra berwarna biru. Kamar tersebut dihiasi oleh meja dari mahogany hitam dengan kursi berwarna emas. Di atap kamarnya bergantung tempat lilin yang indah. Madenna mengerjapkan matanya, perasaannya diliputi oleh kesangsian.

‘Bukankah ini... kamarku?’

Madenna terbiasa mendekor ulang kamarnya setiap tahunnya karena ia mudah bosan. Jika ia tak salah, sudah satu dekade yang lalu ia menghias kamarnya dengan warna biru dan emas. 

“S-saya tidak meninggal?”

Madenna melangkah ke meja riasnya dan bercermin. Cermin mewah dibingkai dengan emas dan safir memantulkan bayangan tubuhnya. Akan tetapi, yang dia lihat bukanlah dirinya yang berusia 27 tahun.

Ia melihat seorang gadis remaja dengan kulit putih, pipi merah merona dan rambut berantakan.

“...tidak mungkin.”

Dengan cepat ia membuka laci mejanya dan mengambil buku hariannya. Dia telah menulis setiap kejadian dalam buku itu setelah ia sadar bahwa ia telah bereinkarnasi ke dalam novel. Ia membalik halaman per halaman dengan jari yang bergetar. 

20 Maret 1521. Beberapa hari setelah ulang tahunnya yang ke 17.

“Aku kembali ke...10 tahun yang lalu?”

Madenna tersungkur jatuh, mulutnya menganga dan matanya terbuka lebar. Sekujur tubuhnya menggigil hebat, belum lama waktu berlalu saat dia berbaring diatas guillotine menyongsong ajal. Realita akan hal tersebut masih mengawang-awang dalam benaknya bagaikan mimpi buruk yang tak berkesudahan.

Dia masih bisa merasakan sentuhan besi dingin yang menyakiti kulitnya.

‘Tenang, tenang. Tapi jika saat ini bukanlah sebuah mimpi, lalu...’ 

Kata ‘kesempatan kedua’ terlintas di kepalanya.

‘Aku tidak tahu bagaimana, tapi…’

Dia sudah memikirkannya sebelum ia meninggal. Kalau ia diberikan kesempatan lain, ia bersumpah tidak akan membiarkan dirinya dibodohi lagi oleh wanita itu. 

‘...mungkinkah aku telah kembali ke masa lalu...’

“Mulai sekarang, aku tidak akan bertindak bodoh lagi.”

Sekarang, dia tidak akan hidup untuk Suzanne, sang tokoh utama.

Madenna mengepalkan tangannya. Ini saat baginya untuk membalas d

‘Masih ada waktu sebelum ulang tahunku yang ke-17, aku dapat merubah segalanya…’

Dengan cepat ia membaca kembali buku hariannya.

Saat ia sampai pada halaman terakhir, keningnya mengkerut. 

[Aku akan bertemu Suzanne besok! Seperti apakah dia? Dia sangat baik saat dalam novel, aku harap kita bisa berteman.]

Dia menertawakan dirinya di masa lalu yang naif.

Tokoh utama yang ‘baik’ ternyata bermuka dua dan mendekatinya hanya untuk merebut warisan milik keluarganya.

Saat Madenna mengingat pengkhianatan yang dilakukan Suzanne, tanpa ia sadari mukanya berubah masam. Lalu ia berdiri dari tempat duduknya. 

Besok adalah hari yang spesial. Awalnya, dia bertemu Suzanne dan dengan sukarela menjadi sponsornya. Tapi kejadian tersebut tidak akan terulang lagi. 

“...kali ini aku akan memilih Farren.”

Dia adalah sang antagonis dalam novel.

‘Ya, aku akan memilih Farren.’

 

* * *


 

Saat itu, sistem sponsor sedang populer dalam kalangan para aristokrat di  kerajaan Alleo. 

Para bangsawan mensponsori anak-anak yang kurang mampu untuk mengembangkan talentanya. 

Dengan begitu, pihak bangsawan akan dipandang baik oleh para rakyat, dan anak-anak tersebut akan memperoleh bantuan keuangan.

Sejujurnya, ini seperti hubungan mutualisme yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Bangsawan akan menyebut anaknya “permata” dan pada akhirnya mereka akan bersaing dengan permata lainnya dengan berbagai cara.

Banyaknya bunga mawar yang dilemparkan ke atas panggung di acara Soprano, menggambarkan suksesnya penampilan dari sang ‘permata.

‘Bagi orang-orang ini seperti memilih sebuah permata indah dalam toko aksesoris.’

Madenna berpikir sambil menyandarkan diri di jendela kereta kuda.

Madenna di cerita asli tidak seperti bangsawan yang lain, dia ingin membantu anak dengan talenta yang unik. 

Yang dia pilih adalah seorang penyihir. Penyihir dalam novel umumnya dideskripsikan sebagai eksistensi yang unik dan memiliki nilai yang tinggi. 

Di dalam cerita ini, penyihir justru dibenci dan dikucilkan di kerajaan Alleo.

Jika seorang anak dilahirkan sebagai penyihir, maka kekuatannya akan disembunyikan dan bahkan banyak dari mereka ditelantarkan oleh keluarga sendiri.

Alasan mereka menolak penyihir karena mereka menganggap penyihir sangat berbahaya dan dapat merusak kasta dalam kerajaan Alleo.

Dia kembali mengingat alur cerita sebuah novel, ‘Bagaimana Cara Bertahan Hidup Sebagai Seorang Penyihir’

Madenna yang asli senang dengan keunikan sihir dan memilih Suzanne untuk jadi permatanya. Madenna membantu pendidikannya, berharap ia akan bersinar bagai permata. 

Tetapi Suzanne yang ‘baik’, tumbuh menjadi penyihir yang kuat dan bergabung ke dalam organisasi pemberontakan penyihir. Saat itu, ia bertemu dengan pemeran utama laki-laki yang jatuh cinta padanya dan membantu Suzanne menyingkirkan Madenna. 

Yang terjadi selanjutnya hanyalah cerita klasik biasa. Tokoh utama dan pemeran lainnya menghancurkan kerajaan dan penyihir lah yang akhirnya memerintah.

‘Saat pertama kali aku sadar bahwa aku tinggal dalam sebuah buku, aku tidak dapat memendam keterkejutanku.’

Madenna menyadari kebenaran akan realitanya sebelumnya dia menyentuh umur 16 tahun. Saat itu, ia terkena demam berat dan saat dia terbangun, ia mendapatkan ingatan dari kehidupan sebelumnya dan novel tersebut. Di dalam novel itu, Madena dituduh menyakiti sang tokoh utama, Suzanne, dan akhirnya kehilangan akal sehatnya. 

Tetapi, Madenna di masa lalu tidak berniat untuk melakukan hal bodoh tersebut, karena ia tahu Suzanne merupakan sosok penting bagi masa depan kerajaan... 

Itulah alasan ia memilih untuk berbuat baik kepadanya. Dia membantunya dengan tulus, hanya untuk menyadari bahwa Suzanne telah mempermainkannya. 

Tiba-tiba, kereta kuda yang ditumpanginya berhenti.

“Nyonya, kita telah sampai tujuan,” kata sang pengemudi.

“Saya tidak akan memakan waktu lama, tunggu sebentar.”

“Baik.”

Madenna berjalan menuju panti asuhan.

Panti asuhan di pinggiran kota memiliki banyak anak dengan kekuatan sihir. Ini adalah tempat dimana antagonis dan protagonis tinggal.

‘Sekarang,...’

Di kehidupan sebelumnya, Madenna sudah memiliki rencana untuk mensponsori Suzanne. Jadi, ia langsung memilih Suzanne untuk dibawa ke rumahnya. 

Tapi, saat ini berbeda. Dia tidak akan mensponsori Suzanne. Dia akan memilih Farren. 

Saat dia diarahkan ke kantor direktur panti asuhan, seorang lelaki tua menyambutnya dengan senyuman, “Selamat datang, Nyonya Rodenherg”

Namanya Langthan, sang direktur panti asuhan.

“Senang bertemu dengan anda,” jawab Madenna.

“Sebuah kehormatan bertemu denganmu disini. Saya banyak mendengar kabar baik tentang anda.”

Mendengar pujian yang dilontarkannya, Madenna tertawa sopan, “Anda terlalu sopan.”

Langthan tersenyum dan mempersilahkannya untuk duduk.

Hal ini tak terlintas dalam benak Madenna sebelumnya, akan tetapi perkataan Langthan ada benarnya juga. Madenna sangat muda dan pilihannya untuk mensponsori seorang penyihir merupakan suatu anomali dalam kehidupan sosial di kerajaan mereka.

Semakin banyak sponsor  yang diterima, semakin sejahtera panti asuhan tersebut. Tetapi tidak banyak bangsawan yang memilih seorang penyihir. Penyihir dianggap membahayakan di kehidupan sosial. Oleh karena alasan inilah, Langthan memperlakukan  Madenna dengan sangat baik.

Madenna pun duduk di sofa, raut wajahnya yang biasa kini berubah serius.


 




Translator: Nlen
Editor: Nox


>>

Comments

Popular Posts